
Radar Purworejo Terminal Bus Purworejo di Jalan Raya Purworejo-Kutoarjo, Candisari, Kecamatan Banyu Urip terpantau sangat sepi, kemarin (28/1). Lengangnya terminal tipe A itu berlangsung sejak pandemi Covid-19 melanda.
Pantauan Radar Purworejo, sejauh mata memandang, yang terlihat adalah unit bus reguler antar kota yang sengaja diparkir rapi di dalam terminal. Berderet kios agen-agen bus tutup menyisakan beberapa saja. Pedagang asongan juga lesu, mendapat dagangannya utuh tak tersentuh pembeli.
Jika boleh disebut sisa kehidupan adalah bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yang menaikan dan menurunkan satu dua penumpang. Bus reguler antar kota memang ada yang beroperasi, namun lebih terkesan sebatas mengamankan trayek. Sebab hanya beberapa mengangkut segelintir orang saja. “Ya kondisinya seperti ini sebagai dampak pandemi,” ucap Koordinatir Satuan Pelayanan (Korsatpol) Terminal Bus Tipe A Purworejo, Edi Susanto SE, kemarin (28/1).
Diungkapkan, pihaknya saat paham kondisi armada di tengah pandemi seperti saat ini. Namun tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghidupkan terminal. Kondisinya juga sangat pelik dan dilematis. Pengakuan sejumlah agen, mereka hanya bisa jalan jika menaikkan tarif yang belum tentu disetujui oleh penumpang yang saat ini menurun tajam.”Belum lagi pembatasan perjalanan seperti PSBB Jawa-Bali belum lama ini,” ungkapnya.
Dijelaskan, untuk pelayanan tetap jalan seperti biasa selama 24 jam. Beberapa petugas juga tetap masuk sebagai operasional dan pengamanan terminal. Di Terminal Purworejo sedikitnya ada sekitar 30 agen bus. Namun saat ini yang buka hanya sekitar tujuh agen saja. Kebanyakan adalah agen bus AKAP yang sudah “memiliki jam terbang tinggi”. Di antaranya PO Sinar Jaya, Murni Jaya, Putra Remaja, dan Rosalia.
Diakuinya, penumpangnya juga sangat sedikit. Dia juga prihatin bus sebesar itu hanya mengangkut lima sampai tujuh orang saja. Agen dan armada banyak yang mengeluh tidak mampu menutup biaya operasional. “Tapi kami juga tidak bisa berbuat apa-apa,” jelasnya.
Menurutnya, pandemi Covid-19 ini sangat memukau dunia transportasi darat. Meskipun sudah ada kebijakan 50 persen penumpang untuk menjamin physical distancing, namun nampaknya penumpang tidak banyak yang berani mengambil resiko untuk melakukan perjalanan.
Masyarakat benar-benar masih takut keluar rumah melakukan perjalanan menggunakan angkutan massal (bus). Kondisinya sangat kompleks, sangat sulit. “Kondisi normal seperti semula mungkin hanya bisa terjadi jika pandemi usai atau efektifitas vaksin mampu melunturkan rasa takut masyarakat untuk bepergian,” ujarnya.
Ditambahkan, sejauh ini yang bisa dilakukan yakni memberi imbauan kepada para calon penumpang dan armada terkait protokol kesehatan yang sebetulnya sangat kontradiktif dengan ruh dari angkutan massal. Bus sebagai angkutan umum tentu saja menjadi titik bertemunya sejumlah orang. Sementara tidak perlu bepergian jika tidak sangat penting menjadi imbauan yang terus didengungkan selain 3M (Mengenakan masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak,red). “Sulit, benar-benar sulit dan kompleks,” ucapnya.
Agen Bus Dieng Trans, Sudarno, 51, warga Gombong mengungkapkan, sudah membuka agen bus sejak 1986. Saat kondisi pandemi Covid-19 ini merupakan yang terburuk. “Krisis moneter 1998 saja masih bisa jalan, tapi sekarang benar-benar luar biasa,” ungkapnya.
Dijelaskan, dalam kondisi normal dua bus bisa diberangkatkan sehari, namun saat ini orang takut bepergian. Untuk pesanan tiket dari Jogja tujuan Jakarta saja baru dapat lima orang dalam seminggu. Sementara Purworejo hingga Buntu baru dapat dua penumpang.
Menurutnya, PSBB Jawa-Bali sangat berpengaruh. Orang takut bepergian. Dia bahkan menunjuk sebuah bus yang berwarna biru sudah perpal (parkir, Red) di terminal genap seminggu. Sama sekali belum jalan. “Dulu saya sehari bisa bawa pulang uang Rp 100 ribu untuk orang rumah. Hari ini, saya bingung pulang gak ada uang transport,” keluhnya.
Sudarno hanya bisa berharap, pandemi segera berlalu dan kondisi bisa normal kembali. Sebab dia harus memikirkan keluarga anak dan istrinya. Menurutnya, saat perjalanan dibatasi, orang juga lebih banyak memilih bepergian menggunakan kendaraan pribadi. “Saingannya juga pelat hitam atau rental yang mau mengantarkan dor to dor,”jelasnya.
