
Radar Purworejo Tarian bangilun tak asing bagi sebagian besar masyarakat di Kabupaten Purworejo. Meski berasal dari Kabupaten Temanggung, kesenian itu sering ditarikan di wilayah Bumi Berirama. Dahulu tarian ini ditampilkan dalam upacara adat saat panen padi.
Tari bangilun tercipta kira-kira dekade 1900 saat Indonesia masih dijajah Kolonial Belanda. Bentuk tari bangilun menyerupai tari dolalak dari Kabupaten Purworejo dan tari angguk dari Kabupaten Kulonprogo di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Konon, tarian bangilun merupakan seni tari tradisional yang bersifat religius. Tari ini mulanya diciptakan dengan tujuan untuk menyebarkan agama Islam lewat budaya.
Bangilun ditarikan beberapa penari. Mereka berpakaian menyerupai pakaian prajurit Belanda atau Prancis tempo dulu.
Penari bangilun terdiri laki-laki dan perempuan. Kostum yang dipakai adalah celana panji, baju rompi dan topi pet. Penari juga mengenakan properti berupa sabuk, sampur, dan slempang.
Tarian diiringi suara dari berbagai alat musik. Ada kentrung, rebana, kendang, kencer, jidor, drum, hingga keyboard.
Pada perkembangannya, terdapat beberapa kelompok yang mengkreasikan kostum tari bangilun sehingga terlihat lebih modern. Kostum tari bangilun modern memakai kain warna-warni dan kaos kaki. Celana panji dan rompi menggunakan bahan dasar beludru. (han/din/amd/er)
