
RADAR PURWOREJO – Generasi muda di Kabupaten Purworejo semakin melek politik. Semakin banyak yang aktif terjun dalam kontestasi politik elektoral. Ini dibahas dalam Forum Diskusi Ngopi Panas #2: Politisi Muda Bisa Apa?
Generasi muda aktif berperan di kancah politik adalah sebuah harapan. Namun, ternyata, belum banyak generasi muda yang mampu memberikan perubahan di Kabupaten Purworejo. Padahal, anak-anak muda yang berkiprah di dunia politik ini digadang memberikan warna tersendiri dalam kehidupan demokrasi.
Hal itu terungkap dalam forum diskusi Ngopi Panas #2 dengan tema Politisi Muda Bisa Apa? yang digelar di Pakopen Djo Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, Sabtu malam (27/3). Forum yang dihadiri berbagai elemen masyarakat ini didominasi anak-anak muda dengan berbagai latar belakang.
Tiga narasumber dihadirkan yakni Direktur Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta Allan FG Wardhana, Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Purworejo Dion Agasi Setiabudi, dan Dewan Syuro PKB Kabupaten Purworejo KHR Mahfudz Hamid.
Dion Agasi mengatakan, secara kuantitatif tren anak-anak muda di Kabupaten Purworejo yang terjun dalam politik praktis boleh dibilang cukup menggembirakan. Setidaknya, dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan, paparnya, empat puluh persen anggota DPRD Kabupaten Purworejo diwakili politisi muda. Realitas tersebut adalah potret generasi muda di Kabupaten Purworejo yang semakin melek politik dengan bersedia terlibat aktif secara langsung dalam kontestasi politik elektoral.
“Kendati demikian, harus diakui kondisi tersebut belum cukup bisa dibanggakan jika dilihat dari sisi kualitatif. Saya sadar betul bahwa kaderisasi partai politik sebagai kontrol kualitas kader-kadernya belum berjalan sebagaimana mestinya,” ucapnya.
Ditambahkan, berpolitik sebetulnya juga bisa dilakukan di luar politik elektoral. Bahkan, hal itu justru sangat penting. Sebab, politik nonformal juga memiliki peranan yang strategis dalam menentukan arah pembangunan daerah.
Dion Agasi menegaskan, pemuda juga harus sadar bahwa kehidupan yang serbapragmatis ini adalah sebuah tantangan. Jangan sampai kemudian kehilangan idealisme.
“Anak muda tidak menjamin menjadi idealis, karena saat ini kita hidup di zaman pragmatisme. Begitu juga tren politisi di dunia juga cenderung berubah. Ketika dulu banyak politisi pemegang tampuk kekuasan, sebut saja Perdana Menteri Finlandia. Dulu juga ada tokoh anak muda empat belas tahun yang berhasil memimpin pergerakan dengan anggota yang awalnya hanya lima orang menjadi jutaan orang di seluruh dunia, mengkritisi iklim global,” ujarnya.
Di sisi lain, Dion Agasi mengaku senang dengan forum diskusi semacam ini. ”Forum seperti ini saya sangat suka. Bisa melecut inspirasi sekaligus memantik ide dan menjadi wadah anak muda untuk memikirkan daerahnya,” ucapnya.
Allan Wardhana menilai prestasi politisi-politisi muda di Kabupaten Purworejo masih sangatlah minim. Kondisi tersebut kadang masih diperparah dengan tidak adanya kontrol dari aktivis-aktivis kepemudaan di luar politik elektoral yang bersuara sebagai bentuk kontrol sosial terhadap kebijakan-kebijakan pemangku kebijakan serta alpanya peran politisi muda yang duduk di parlemen.
“Ada memang yang berprestasi. Namun, jumlahnya masih sedikit. Politik, bagi para pemuda, termasuk para politisi, jangan hanya dimaknai sebagai politik perebutan kekuasaan semata. Tetapi, harus disertai dengan gagasan dan aksi nyata untuk mengadvokasi masyarakat. Itulah politik kebangsaan. Politik yang memberdayakan yang dilakukan oleh anak-anak muda lintas elemen dan profesi,” ucapnya.
Sementara itu, KHR Mahfudz Hamid mengapresiasi anak-anak muda yang menginisiasi Forum Diskusi Ngopi Panas. Menurutnya, forum tersebut baik untuk meningkatkan kesadaran politik generasi muda di Kabupaten Purworejo, yang seharusnya berperan dalam mengawal kebijakan.
“Forum-forum seperti ini penting sebagai ruang kontrol sosial dan meningkatkan kualitas demokrasi di Purworejo,” tegasnya.
Mukti Ali, moderator Forum Diskusi Ngopi Panas, mengungkapkan, pilihan tema kali ini bukan berangkat dari asumsi atau praduga bahwa politisi muda tidak bisa apa-apa. Selain itu, tidak bermaksud untuk menghakimi politisi-politisi muda yang telah berani terjun ke dunia politik praktis.
“Tua atau muda bukan semata soal bilangan usia. Namun, esensinya muda itu adalah siapa saya yang omongannya tentang masa depan. Sementara tua adalah ia yang selalu bicara soal masa lalu dan tidak memiliki visi soal masa depan,” ungkapnya. (tom/amd)
