
Bantul Kapal selam KRI Nanggala-402 resmi dinyatakan on eternal patrol. Sebanyak 53 prajurit terbaik korps Hiu Kencana itu kini berpatroli secara abadi.
Haru menyelimuti kediaman salah seorang kru KRI Nanggala-402 yang beralamat di Dusun Ngreco RT 03, Seloharjo, Pundong, Bantul. Puluhan warga tampak datang untuk memberi dukungan kepada keluarga KLS Iys Gunadi Fajar Rahmanto. Pria 27 tahun yang merupakan operator sonar KRI Nanggala-402 dan telah mengabdi sejak 2014 di TNI Angkatan Laut RI.
Ayah Gunadi, Sunaryo dan istrinya, Sumiyati duduk lemah saat menerima tamu yang datang. Beberapa di antaranya merupakan pejabat seperti Perwira Pelaksana (Palaksa) Lanal Jogjakarta Letkol Laut (P) Wahyu Hidayanto, Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, perwakilan Kementerian Sosial, dan Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul Isdarmoko. Namun, Sunaryo maupun Sumiyati, tidak banyak bicara.
Sunaryo mengaku melapangkan hati. Sebab, TNI AL secara resmi telah mengumumkan kapal buatan Jerman yang diproduksi tahun 1978 itu telah dinyatakan on eternal patrol. “Kami ikhlas, legawa dengan anak saya dipanggil Tuhan, dan gugur menjalankan tugas,” sebutnya terbata-bata, lalu tercekat.
Beberapa kali mendapat pertanyaan, Sunaryo dan Sumiyati hanya menjawab dengan anggukan sebagai tanda pembenaran. Seperti ketika ditanya anaknya Purna Paskibraka Indonesia 2009. Sementara pertanyaan yang menuntut jawaban panjang, mereka dibantu Dukuh Ngreco Sakijo.
“Istri dari Mas Gunadi masih di Purworejo,” ungkap Sakijo saat ditanya oleh Halim kemarin pagi (26/4). Sakijo menuturkan, Gunadi dan istrinya, Dwi Ari Astanti, merencanakan kelahiran putra pertamanya di Bumi Projotamansari. Di mana sedianya, perempuan yang akrab disapa Wiwik itu boyongan pada Minggu (25/4).
“Rencana (melahirkan di Bantul, Red), sudah penduduk Bantul dan berencana melahirkan di sini,” cetus Sakijo. Namun, insiden tenggelamnya KRI Nanggala-402 yang berawak 53 kru itu menunda perpindahan Wiwik ke Bantul.
Diceritakan, perempuan 25 tahun itu menunggu suaminya menjemput. “Beliau (Wiwik, Red) periksa kehamilan terakhir di Purworejo. Terus katanya mau dijemput (Gunadi, Red), menunggu setelah berlayar,” bebernya.
Sakijo pun menyebut jika Wiwik merasa lebih tenang di Purworejo. Lantaran didampingi orang tuanya. Meski sesuai rencana awal ia tetap akan melahirkan di Bantul. “Insya Allah besok melahirkannya (tetap di Bantul, Red),” ujarnya.
Halim yang datang ke kediaman Sunaryo tampak membawa beberapa kardus bantuan. Ayah dua orang putri itu menyampaikan duka citanya dan menyebut turut kehilangan, atas gugurnya Gunadi yang disebutnya merupakan salah satu putra terbaik asal Bantul.
“Dia adalah putra bangsa yang turut berpatroli di KRI Nanggala-402 yang dinyatakan gugur oleh Panglima TNI. Ini menjadi kesedihan dan keharuan, seorang putra terbaik Bantul, sekaligus juga kebanggaan bahwa terbaik Bantul,” ucapnya lirih.
Selanjutnya, Halim turut mendoakan keluarga yang ditinggalkan dapat ikhlas dan ridho terhadap takdir yang digariskan oleh Tuhan. “Kita semua yakin Mas Gunadi gugur sebagai syuhada bangsa, sebagai pahlawan bangsa yang rela mengorbankan raga dan jiwanya untuk bangsa dan negara,” doanya.
Sementara untuk Wiwik yang berencana melahirkan di Bantul, Halim mengaku senang hati. Oleh sebab itu, dia akan menyediakan fasilitas bagi Wiwik. “Dengan senang hati dan sangat terbuka. Manakala istri Mas Gunadi mau melahirkan di Bantul, seluruh fasilitas akan kami siapkan,” tegasnya, sebelum pamit pulang. (laz/din/er)
