
Kulonprogo Masjid Jam’i Sunan Kalijaga atau Masjid Kedondong di Kulonprogo memiliki sejarah penting. Bagaimana tidak, masjid tersebut merupakan jejak peninggalan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan agama Islam. Di masjid itu juga terdapat sumur tua yang airnya konon berkhasiat untuk kesehatan.
Masjid Kedondong terletak di Padukuhan Kedondong 1, Kalurahan Banjararum, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulonprogo. Usianya dipercaya sudah mencapai 544 tahun atau berdiri sejak 1477 Masehi. Masjid tersebut merupakan salah satu jejak peninggalan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan Islam di Jogjakarta.
Takmir Masjid Kedondong, Solihudin mengatakan masjid tersebut didirikan oleh Sunan Kalijaga ketika mengembara bersama muridnya yang bernama Adipati Terung. Saat itu, Sunan Kalijaga tengah beristirahat di pinggir Sungai Tinalah lalu memerintahkan muridnya untuk mendirikan masjid.
Di tempat itu, Sunan Kalijaga menancapkan sebuah tongkat sebagai pertanda agar menjadi lokasi pembangunan masjid. Sebelum melanjutkan perjalanannya menyebarkan agama Islam di wilayah Demak, Jawa Tengah.
Sunan Kalijaga memilih lokasi pembangunan masjid di pinggir sungai juga bukan tanpa alasan. Harapannya agar pada saat itu masyarakat atau jamaah lebih mudah untuk mengambil air untuk berwudu.
Namun, karena lokasinya yang berada di pinggir sungai lama-kelamaan lokasi pembangunan masjid yang diinginkan Sunan Kalijaga terkikis arus sungai. Sehingga dengan pertimbangan itu, Adipati Terung memindahkan lokasi pembangunan masjid sekitar seratus meter dari lokasi sebelumnya.
“Hal itu membuat Sunan Kalijaga kecewa karena lokasi masjid tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Sehingga Adipati Terung diberi gelar Panembahan Bodo,” ujar Solihudin saat ditemui Radar Jogja.
Selain memiliki sejarah yang unik, Masjid Kedondong juga masih menyimpan berbagai barang peninggalan sejak masjid tersebut didirikan. Solihudin sempat menunjukkan beberapa koleksi benda-benda peninggalan Sunan Kalijaga seperti kentongan dan bedug tua. Untuk bedug tua sampai saat ini masih difungsikan masyarakat sebagai pengingat waktu salat.
Sementara untuk bangunan masjid, peninggalan yang masih dipertahankan adalah kayu saka yang berjumlah empat buah dan mahkota masjid. Masjid tersebut diketahui juga sudah masuk dalam warisan cagar budaya dan beberapa kali mengalami renovasi.
“Renovasi terakhir kalau tidak salah dilakukan pada tahun 1990 dan masih tetap menjaga bangunan asli,” ungkap Solihudin.
Lebih dari itu, Solihudin menyatakan bahwa Masjid Kedondong juga memiliki sumur tua yang konon airnya berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit. Kehadiran sumur tua itu juga yang membuat masjid tersebut banyak dikunjungi jamaah dari berbagai daerah.
Dia menyatakan banyak jamaah dari Kedu, Magelang, Purworejo, daerah di Jawa Timur yang datang ke masjid tersebut untuk beribadah dan mengambil air dari sumur tua tersebut. Oleh warga sekitar air dari sumur tersebut juga dimanfaatkan untuk berwudu dan kebutuhan lain. “Kalau warga setempat menyebutnya air dari sumur ini sebagai zam-zam nya Masjid Kedondong,” ungkap Solihudin. (bah/din/er)
