
Radar Kebumen Sejak diresmikan 2020 lalu, Rumah Aspirasi Perempuan (RAP) Titis Kebumen telah menerima tiga keluhan dari perempuan. Meskipun tidak sampai melapor, seluruhnya perempuan yang mengeluhkan ke rumah aspirasi terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Ketua RAP Titis Kebumen Dede Miswarsih Siswoyo menjelaskan aduan yang diterima pihaknya berhasil diselesaikan dengan solusi dan saran yang diberikan. Salah satu perempuan yang mengadu, diberikan solusi berupa pinjaman lunak untuk memulai usaha berjualan.
Selain menerima aduan dan membantu masyarakat Kebumen yang mengalami KDRT, RAP Titis juga bertujuan untuk membantu dan mengentaskan berbagai permasalahan perempuan dan anak. Selain itu, juga meminmalkan persebaran HIV AIDS dan penyakit menular lainnya, serta meminimalkan angka perkawinan dan perceraian anak. “Juga meminimalkan angka kemiskinan di Kebumen,” kata Dede kemarin (6/6).
Untuk permasalahan pelecehan seksual, lanjut Dede, angka kasus di Kebumen juga masih cukup tinggi. Untuk menekan adanya kasus pelecahan hingga kekerasan, pihaknya masih terus mengampanyekan three ends tentang mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak, akhiri perdagangan orang dan akhiri ketidakadilan akses perekonomian terhadap perempuan. “Diskusi panel dan dialog interaktif juga aktif dilakukan,” lanjutnya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (Dispermades) P3A Marlina Indriyaningrum menuturkan, data kekerasan pada perempuan dan anak selalu meningkat setiap tahunnya. Sesuai dengan data kasus kekerasan berbasis gender dan anak (KKGBA) pada anak mencapai 84 kasus di 2020. Sebelumnya, ada 61 kasus ditemukan pada 2018 dan 68 kasus pada 2019.
Sedangkan kekerasan terhadap orang dewasa, ditemukan 43 kasus di tahun 2018. Meningkat mencapai 60 kasus ditemukan pada 2019 dan kasus kekerasan terhadap orang dewasa menurun pada 2020 sebanyak 32 kasus. “Dan berdasarkan data, kkerasan seksual adalah jenis kekerasan paling banyak ditemukan. Mencapai 70 kasus di tahun 2020, dan hanya 50 kasus pada 2019,” beber Marlina.
Di masa pandemi Covid-19, Marlina berharap orang tua semakin peduli dengan anak-anak. Jika tidak ada pengawasan, dikhawatirkan anak-anak akan terlibat dalam kekerasan. Terlebih, karena penggunaan gadget secara bebas karena tuntutan sekolah daring. (eno/din/er)
