Aktifkan 96 Shelter Isoman Tingkat Kalurahan

Aktifkan 96 Shelter Isoman Tingkat Kalurahan
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo memberikan keterangan terkait keterisian shelter di Sleman yang mencapai 70 persen.

SLEMAN Laju persebaran Covid-19 di Kabupaten Sleman masih tinggi. Jumlah orang tanpa gejala (OTG) pun kian meningkat. Selain isolasi mandiri (isoman), mereka yang terpapar dilarikan ke shelter milik pemerintah kabupaten.

“Saat ini kondisi shelter, rata-rata sudah terisi 70 persen,” ungkap Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo, Rabu (30/7). Data tersebut berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman di akhir Juni. Meliputi fasilitas kesehatan (faskes) atau shelter kabupaten. Seperti di Asrama Haji, Rusunawa Gemawang, Asrama Unisa, dan Rusunawa UII.

Data tersebut terus fluktuatif. Menyikapi terus bertambahnya angka pasien positif di kabupaten bermotto sembada ini. Sehingga Kustini menginstruksikan agar kapanewon dan kalurahan membuat shelter Covid-19 di tingkat kalurahan. Sebagai antisipasi adanya lonjakan kasus yang terus menggila ini.

Ada 96 shelter di tingkat kalurahan. Kini shelter isolasi mandiri itu telah diaktifkan. Tersebar di 17 kapanewon. Shelter ini memanfaatkan berbagai tempat. Seperti balai kalurahan, bangunan sekolah, gedung olahraga (GOR), puskesmas pembantu (pustu) dan lain-lain.

Sebagaimana sebelumnya pernah dibeberkan, isolasi mandiri di rumah dinilai kurang optimal. Tak sedikit warga terpapar saat isolasi di rumah menjadi klaster keluarga. Lantaran, meski isolasi mandiri, toilet masih bergabung dengan keluarga. Sehingga menjadi sangat rentan menular ke angota keluarga lainnya.

“Prinsipnya, shelter kalurahan harus memiliki kamar mandi (toilet) sendiri. Tidak gabung,” ujarnya. Hal ini untuk mengantisipasi persebaran.

Lebih lanjut dituturkan, selain harus memenuhi syarat tadi, shelter tingkat kalurahan ini harus menampung sedikitnya lima orang hingga 10 orang. Dan yang menempati shelter ini adalah pasien positif tanpa gejala dan bergejala ringan. Selain itu shelter juga difungsikan bagi warga yang tengah menunggu hasil tes polymerase chain reaction (PCR) agar tidak kluyuran hingga hasil tes keluar.

Jika sebelumnya, shelter kabupaten menjadi andalan sebagai faskes rujukan OTG maupun gejala ringan, kini sebaliknya. Shelter kalurahan jadi andalan. “Jika nanti shelter kalurahan penuh, akan dipindah ke tempat isolasi mandiri (shelter) Kabupaten,” kata Kustini.

Nah, untuk kebutuhan logistik, warga isoman di shelter kalurahan nantinya akan dibantu dari masyarakat sekitar dan juga dapur umum Dinas Sosial. Dengan adanya shelter di pusat kalurahan diharapkan isolasi mandiri dapat terpantau ketat, sebagaimana aturan isolasi selama 14 hari. Dan terpenting, untuk membantu mengatasi ketersesiaan tempat isoman. Memutus mata rantai persebaran Covid-19.

Sementara itu, isoman di shelter kalurahan belum sepenuhnya berjalan. Di Kalurahan Tridadi, masih banyak warga yang memilih menjalani isolasi mandiri di rumah. Carik Kalurahan Tridadi Johan Enri Kurniawan mengatakan, ada berbagai alasan warga menolak isolasi di shelter kalurahan. Pertama, kurang nyaman. Kedua, malah semakin gelisah atau hati tidak tentram yang justru dikhawatirkan membawa pengaruh buruk bagi imun. Dan ketiga, kalurahan tidak memiliki kuasa penuh, memaksakan kehendak warganya.

“Kalau shelternya sih siap. Sudah dibersihkan, tinggal menunggu siapa yang mau masuk, baru kita pasang bed-nya,” kata Johan. Kendati begitu, pengawasan bagi isoman oleh gugus tugas setempat dilakukan dengan ketat. Termasuk penyediaan toilet pribadi, tidak menggabung dengan lainnya. Sebagaimana instruksi bupati. Selain itu pihaknya juga memberikan jaminan hidup (jadup) berupa sembako. “Ada juga bantuan makan dari dinas sosial. Selain itu tak lepas dari bantuan dan perhatian warga sekitarnya,” kata dia. (mel/din/er)

Lainnya