
KEBUMEN, Radar Kebumen – Desa Grujugan, Petanahan saat ini dikenal sebagai Kampung Tudung. Pasalnya, produksi tudung atau caping dari Desa Grujugan banyak diminati masyarakat, khususnya luar pulau Jawa.
Seorang pengrajin tudung Samsito, 40, mengatakan, setiap bulan pengiriman tudung ke luar Jawa bisa mencapai 2-3 truk. Rata-rata, pengiriman dilakukan ke wilayah Sumatera seperti Lampung, Palembang hingga Padang.
Selain itu, pengiriman juga dilakukan di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIJ. Untuk wilayah Kebumen, Samsito mengaku, produksi tudung juga sudah banyak dikenal. “Namun paling sering (pengiriman, Red) ke Lampung,” ungkap Samsito kemarin (5/11).
Satu pengrajin, kata Sasmito, mampu menghasilkan 250 buah tudung setiap bulan. Harga yang ditawarkan pun variatif. Mulai Rp 8 ribu sampai Rp 25 ribu. Dengan 10 jenis pilihan tudung yang memiliki ukuran dan bentuk bermacam-macam. “Tudung umumnya berbentuk mengerucut ke atas. Warga sini punya koleksi tidak hanya satu, mungkin ada 10 jenis tudung,” ucap Sasmito.
Menurutnya, tudung masih banyak dicari oleh masyarakat, terutama saat memasuki musim penghujan. Memasuki musim tanam, permintaan tudung dari masyarakat melonjak. Selain itu, tudung dinilai memiliki nilai ekonomi tinggi.
Saat ini, lanjut Samsito, permintaan tudung yang naik karena fungsinya sebagai aksesoris kegiatan seremonia. “Ada juga yang pesan untuk properti wisata,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Desa Grujugan Sumaji menuturkan, pada 2022 akan dialokasikan anggaran sekitar Rp 100 juta untuk mendukung sektor usaha tudung. Hal ini dilakukan karena tudung termasuk kearifan lokal yang harus dilestarikan. “Sebagai bentuk perhatian dan diharapkan memberi dampak positif kepada roda perekonomian warga,” ujarnya.
Bentuk dukungan itu, lanjut Sumaji, diarahkan melalui program fisik. Serta pemberdayaan masyarakat untuk memunculkan daya tarik wisata di Kampung Tudung. “Magnet wisata sedang digencarkan, kemarin baru berdiri gapura dan spot wisata. Ada pelatihan juga untuk peningkatan kapasitas bagaimana tudung Grujugan lebih dikenal,” paparnya. (cr2/eno/er)
