
RADAR PURWOREJO – Kelangkaan dan mahalnya minyak goreng mendapat sorotan dari Komisi III DPRD Purworejo. Dinas terkait diminta tegas menyikapi isu adanya sejumlah gerai toko modern yang justru mengambil keuntungan dengan memanfaatkan kelangkaan minyak goring ini.
Ketua Komisi III DPRD Purworejo Sekar Ati Argorini menegaskan, pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan satu harga bagi minyak goreng. Namun pihaknya mendapat laporan dari masyarakat bahwa para penjual, baik di pasar tradisional maupun toko modern berjejaring tidak patuh dengan kebijakan tersebut. Padahal, seharusnya sama dalam menerapkan standar harga. Saya akan koordinasi dengan kepala pasar dan bagian perdagangan,” tegasnya di gedung DPRD Purworejo, Selasa (1/3).
Menurutnya , kendati masih sebatas kabar burung, isu adanya beberapa toko modern berjejaring memberikan syarat bagi pembeli minyak goreng harus dicek. Jika itu benar harus disikapi dengan serius. “Kabarnya pembeli di toko modern harus belanja minimal Rp 20 ribu hingga 50 ribu. Tidak ada syarat seperti itu. Pemerintah juga melarang,” ujar politisi Partai Demokrat ini.
Dijelaskan, Komisi III berencana mengundang dinas terkait untuk menindaklanjuti isu tersebut. Dinas terkait harus tegas menegur atau memberi peringatan toko-toko yang nakal seperti itu. Jika terbukti harus ditegur dan jangan sampai terulang lagi di Purworejo.
Anggota Komisi III lainya, Mustakim menambahkan, isu itu sangat penting dan akan ditindaklanjuti secepatnya dengan sidak langsung ke lapangan. Yakni akan ke toko modern dan pasar-pasar dan melihat apakah ada perbedaan harga. “Masyarakat sudah susah jangan dibuat semakin susah lagi,” ucapnya.
Sementara itu, harga minyak goreng kemasan di Kabupaten Purworejo masih bervariasi. Sebagian masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET). Pengakuan seorang pedagang sayur keliling, dia mendapatkan minyak goreng dari pedagang di pasar induk, kemudian dijual kembali. “Kulakan 1 liter Rp 21.000, saya jual lagi Rp 22.000,” ucap Irawan pedagang sayur asal Desa Sambeng, Kecamatan Bayan ini.
Pemilik toko kelontong Agus warga Doplang, Purworejo mengungkapkan hal senada. Harga tinggi ini diprotes ibu-ibu pelanggan. “Tapi memang harga kulakan di pasar induk memang masih tinggi,” ungkapnya.
Kabid Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian (DinKUKMP) Ari Wibowo mengaku terkejut dengan harga yang masih bertahan tinggi di pasar induk. Harga minyak goreng seharusnya sudah murah. Distributor memasukkan minyak dengan harga di bawah HET. “Kami akan cek kembali dengan satgas pangan,” ucapnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon. (tom/din)
