3.201 Hektare Sawah Terancam Puso

3.201 Hektare Sawah Terancam Puso
TERENDAM : Areal persawahan padi yang siap panen tergenang banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Kebumen beberapa hari terakhir.

KEBUMEN, Radar Kebumen – Hujan deras di Kebumen beberapa hari terakhir mengakibatkan banjir hingga menggenangi ribuan hektare persawahan siap panen. Kondisi ini menjadi ancaman bagi petani karena dihantui risiko gagal panen alias puso.

Hasil monitoring Dinas Pertanian dan Pangan Kebumen per Selasa (16/3) pukul 15.15 WIB tercatat, luas areal persawahan yang tergenang banjir secara keseluruhan seluas 3.226 hektare. Dari jumlah itu lahan yang siap panen di Kebumen seluas 3.201 hektar. “Ini tentu kami waspadai, kalau tiga hari air tidak surut bisa terancam gagal panen,” kata Plt Dinas Pertanian dan Pangan Kebumen Pudji Rahadju, kemarin (16/3).

Pudji mengaku, hampir setiap areal persawahan di wilayah Kebumen terdampak banjir. Hingga kini dinas masih terus melakukan pendataan. Hal ini untuk memastikan kerusakan tanaman dan pemetaan luasan sawah yang tergenang banjir. “Kalau masih tergenang kami turunkan tim untuk menilai. Indikatornya 90 persen yang tidak bisa terselamatkan dikatakan puso,” jelasnya.

Data terhimpun, kondisi terparah areal persawahan akibat banjir berada di Kecamatan Adimulyo. Sedikitnya 803 hektar di 19 desa lahan pertanian siap panen terendam banjir. Terluas ada di Desa Sugihwaras, yakni 198 hektar. Dari 26 kecamatan di Kebumen hanya dua kecamatan nihil dari ancaman banjir. Yakni Kecamatan Sadang dan Karanggayam. Keduanya merupakan wilayah dataran tinggi.

Lebih lanjut, pemerintah tidak tutup mata menyikapi terjadinya banjir. Upaya yang dilakukan dengan memberikan fasilitas bagi petani terdampak. Berupa pengolahan gabah, barangkali ada hasil penyimpanan gabah petani yang tergenang banjir. Pengolahan gabah itu dilakukan di Sentra Pengolahan Beras Terpadu (SPBT) Kutowinangun.

“Tadi saya kesana agar kelompok tani bisa diakomodir penjemuran padi. Sehingga petani ya rugi tapi tidak rugi banget,” ucapnya.

Pudji menambahkan, tidak dipungkiri kualitas hasil panen dari padi yang masih bisa terselamatkan tidak akan bisa optimal. Maka jika memungkinkan dari dinas akan berupaya meminta bantuan bibit ke kementerian terkait. Sebagai stimulus mengejar masa tanam berikutnya. “Di pusat ada cadangan benih tapi prosesnya agak panjang. Nanti bisa dilakukan percepatan sesuai kebutuhan semoga waktu masih bisa,” terangnya.

Ia pun mengajak para petani untuk ikut menjadi peserta asuransi pertanian. Hal ini dinilai penting mengurangi risiko rugi ketika lahan pertanian dilanda banjir maupun terserang hama seperti sekarang ini. “Sosialisasi sering sekali kami lakukan. Sebenarnya dari dina mendampingi. Mungkin masih ada yang menganggap itu sepele,” ucapnya.

Sementara, Ketua Gapoktan Murah Rezeki Desa Sidomukti, Kuwarasan Samsirun menyampaikan, bencana banjir menjadi keprihatinan tersendiri kadang tani. Separuh lebih areal persawahan garapan petani nyaris tidak tertolong. Dari 189 hektar lahan persawahan yang ada, 100 hektar terancam puso. “Beruntung yang sudah panen. Tapi kebanyakan belum. Misal kedepan cuaca mendukung masih bisa panen,” katanya.

Samsirun menjelaskan, mayoritas usia tanaman padi yang terendam banjir berkisar 80-90 hari. Artinya usia tersebut sudah hampir waktunya panen. Namun begitu, dengan kondisi saat ini ia bersama petani lain hanya bisa pasrah sembari menunggu perhatian dari pemerintah. “Yang kami tanam itu jenis padi Ciherang. Sebenarnya tinggal panen aja. Berhubung kena banjir mau bagaimana lagi,” jelas Samsirun. (fid/bah/er)

Lainnya