Tinggi, Kasus Kekerasan Anak

Tinggi, Kasus Kekerasan Anak
PRIHATIN: Talk show stop bullying yang diselenggarakan oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kabupaten Purworejo. (IHAN ARON VAHERA/RADAR PURWOREJO)

RADAR PURWOREJO – Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Purworejo masih tinggi. Ini perlu menjadi perhatian serius. Yang lebih memrihatinkan, masih banyak pula korban kekerasan yang tidak mau melapor.

Kabid Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Perempuan (PPPA), Dinas PPPA serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Purworejo Widiati menyebutkan, di Kabupaten Purworejo kekerasan terhadap anak dan perempuan cukup tinggi. Tercatat, pada 2020 kekerasan pada anak sebanyak 10 orang dan kekerasan pada perempuan sebanyak 16 orang.

Sementara, pada 2021 kekerasan kepada anak sebanyak 21 orang dan pada perempuan sebanyak 25 orang. “Angka-angka yang masuk ke kami itu ada kemungkinan bisa lebih. Sebab, permasalahan yang muncul yaitu para korban tidak melapor karena banyak faktor, salah satunya yaitu takut,” ujarnya.

Widiati menyebutkan, sebagian besar kekerasan pada anak disebabkan adanya perkembangan teknologi. Yakni, penyalahgunaan media sosial maupun media massa. “Gawai sangat memengaruhi kekerasan terhadap anak, konten-konten negatif dapat dengan mudah direkam oleh anak. Kekerasan itu baik verbal maupun fisik,” ungkap dia.

Salah satu yang tengah marak saat ini adalah bullying atau perundungan pada anak. Beberapa upaya yang dilakukan oleh dinas di antaranya dengan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah sebagai langkah pencegahan.

Terpisah, dokter spesialis kejiwaan sekaligus Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUD dr Tjitrowardojo Ika Endah Lestariningsih menyebutkan, bullying merupakan sebuah situasi terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang ataupun kelompok.

“Faktor yang memengaruhi antara lain pengalaman hukuman fisik dari keluarga, hukuman yang tidak membangun di sekolah, pengaruh teman, hingga emosional,” sebut dia.

Dijelaskan, ada beberapa jenis bullying seperti fisik, verbal, mental, hingga sosial. Mirisnya lagi, banyak fenomena anak-anak di lingkungan sekolah yang melakukan bullying. Padahal, dampaknya sangat mengerikan bagi korban. “Korban bisa depresi, rendah diri, tidak mau sekolah, bunuh diri dan sebagainya sehingga harus ada beberapa upaya yang dilakukan untuk mencegah hal itu,” ungkap Ika.

Beberapa upaya tersebut antara lain, harus mampu belajar mengendalikan diri sendiri, diperbanyak sosialisasi dan mengeluarkan pendapat. “Yang paling penting adalah peran orang tua. Sebab, watak anak dapat dibentuk mulai dari lingkungan keluarganya. Didikan orang tua ini yang memengaruhi pola hidup atau perilaku anak kelak saat bersosialisasi,” tandasnya. (han/din)

Lainnya