Pasrah, Berharap Tak Berpenagruh ke Bapok

Pasrah, Berharap Tak Berpenagruh ke Bapok
MASIH ANTRE: Suasana salah satu SPBU di Purworejo yakni SPBU Suronegaran yang Senin (5/9) sore. (JIHAN ARON VAHERA/RADAR PURWOREJO)

RADAR PURWOREJO – Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi membuat sebagian masyarakat mengaku pasrah. Sebab mau tidak mau harus mengikuti kenaikan harga BBM tersebut. Mereka hanya berharap pascakenaikan harga BBM tak diikuti kenaikan harga bahan kebutuhan pokok (bapok)
Seperti diketahui, pemerintah resmi menaikan harga BBM bersubsidi hingga non subsidi beberapa hari kemudian pada Sabtu (3/9) pukul 14.30 lalu. Yakni, BBM jenis pertalite resmi naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter, pertamax naik dari dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter, dan solar subsidi naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.

“Jujur saya pasrah, mau bagaimana lagi. Kita tetap butuh bensin untuk mobilitas, mau tidak mau meskipun naik tetap beli bensin. Tidak mungkin kan kita mau dorong kendaraan kita kalau kehabisan bensin. Semoga tidak berpengaruh pada harga bahan pokok,” ujar salah satu warga Purworejo Krisna Amanullah Wicaksono, Senin (5/9).

Sementara, salah satu sopir angkutan Gareng menyebutkan, dia juga mengaku pasrah dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Namun, dia menyesuaikan tarif karena adanya kenaikan BBM tersebut.”Tarif pasti naik, terlebih saya sopir angkot desa Donorejo, Kaligesing yang penggunanya sudah jarang, hanya beberapa pedagang desa saja yang mau ke kota untuk kulakan. Jadi tarif pasti saya naikkan,” kata dia.

Pantauan Radar Purworejo, kini beberapa SPBU di Purworejo sudah mulai tidak terlalu banyak antrean kendaraan yang begitu berarti. Artinya, punic buying hanya terjadi saat jelang hari pertama kenaikan harga BBM. Penggunaan aplikasi My Pertamina salah satunya di SPBU Suronegaran Purworejo sudah berlaku bagi kendaraan bermobil yang membeli BBM subsidi. (han/pra)

Lainnya