Penjualan Hewan Kurban Masih Sepi

Penjualan Hewan Kurban Masih Sepi
TERSEDIA: Salah satu depo hewan ternak di Kota Magelang ini menyediakan puluhan kambing untuk Idul Adha. (Naila Nihayah/Radar Jogja)

RADAR PURWOREJO – Pedagang hewan kurban musiman di Kota Magelang mulai membuka lapaknya menjelang Idul Adha 1444 Hijriah. Meski di tengah ancaman penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) dan Peste des Petits Ruminants (PPR), mereka optimistis tren penjualannya meningkat. Meski saat ini disebut masih sepi.

Salah satu pedagang hewan kurban di Kota Magelang, Aufar, 38 menyebut, dirinya sudah membuka lapak sejak 10 Juni dengan menyediakan sebanyak 50 ekor kambing lokal. Serta kambing cadangan apabila banyak pesanan. Untuk saat ini, lapaknya memang masih sepi. Hanya satu atau dua ekor yang terjual tiap harinya.

Adapun harganya, dibanderol mulai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per ekor untuk kambing lokal. Namun, dia juga telah menyiapkan kambing premium atau super dengan harga Rp 10 juta per ekor. “Bobotnya bisa mencapai 25 kilogram (kg). Kalau jenis super, memang kami siapkan menjelang Idul Adha dan biasanya sudah dipesan,” ujarnya, Minggu (18/6).

Kendati demikian, harga tersebut masih terbilang normal dan akan naik saat beberapa hari mendekati Idul Adha. Karena biasanya, para pembeli mulai berburu hewan untuk kurban seminggu sebelum pelaksanaan. Dia memprediksi puncak keramaian terjadi pada tiga hari atau dua hari sebelum Idul Adha.

Berkaca dari pengalaman di tahun-tahun sebelumnya, banyak yang membeli kambing secara mendadak. “Ini juga sudah ada yang pesan untuk dipelihara dulu. Tapi ada biaya tambahannya kalau dititipkan di sini, antara Rp 100 ribu sampai Rp 200 ribu, tergantung lamanya penitipan,” sebutnya.

Aufar sudah lebih dari 20 tahun menjalankan usaha jual beli kambing kurban. Meski pandemi pun, dia tetap berjualan kambing. Walaupun penjualannya menurun drastis. Pada 2022, dia hanya mampu menjual kurang dari dari 50 kambing dengan harga kisaran Rp 2 juta.

Tahun ini, dia memprediksi, tren penjualan akan semakin meningkat sampai 100 ekor. Terkait merebaknya penyakit PPR yang menyerang kambing maupun domba, dia mengaku tidak khawatir. Lantaran semua hewan kurban yang dijualnya dipastikan sehat. Dia juga sudah menyiapkan vaksin pada 10 hari sebelum Idul Adha. “Rumput yang diberikan juga cari sendiri, tidak beli. Kami memberikan suplai komboran agar kambing lebih gemuk dan sehat,” kata dia.

Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan dan Perikanan, Disperpa Kota Magelang drh Diana Widiastuti mengatakan, untuk para pembeli hewan kurban, memang harus lebih teliti dalam memilih. “Harus melihat secara fisiknya. Apalagi ada beberapa masjid yang membeli hewan kurban, tapi pesan ke luar kota dan tidak melihatnya secara langsung,” ujar dia.

Untuk hewan terutama sapi maupun kerbau yang terjangkit LSD dalam kurun waktu Maret hingga akhir Mei 2023, sudah dilaporkan ada sembilan kasus. Namun, sudah diobati. Sedangkan kasus PPR di Kota Magelang, lanjut dia, belum ditemukan.

Diana menyebut, hewan yang terjangkit LSD bisa menyebabkan dagingnya berwarna kehitaman dan berbenjol. Jika ditemukan, kader kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) harus melaporkannya kepada tim pengawasan kesehatan daging kurban.

Apabila sapi diduga LSD, maka harus dipotong. “Itu paling tidak maksimal satu jam setelah semua pemotongan selesai (di akhir). Jika dagingnya ada kehitaman harus dibuang,” lanjutnya. (aya/pra)

Lainnya