Af+ermasks, Respon Hanafi setelah Pademi Covid-19

Af+ermasks, Respon Hanafi setelah Pademi Covid-19
KEMBALI LAGI : Seniman Hanafi saat menggelar karyanya di JNM yang telah dimulai pada Minggu (12/3). Setelah tiga tahun vakum akhirnya seniman asal Purworejo ini menggelar Af+ermasks sebagai respon atas pandemi Covid-19. (Fahmi Fahriza/Radar Jogja)

RADAR PURWOREJO– Af+ermasks menjadi tajuk pameran tunggal Hanafi. Merupakan buah pikir dan pengalaman seni yang tumbuh di situasi pandemi Covid-19. Pameran Af+ermasks karya Hanafi ini dilangsungkan di Jogja National Museum (JNM) dan dibuka secara resmi pada Minggu (12/3).

Hanafi adalah salah satu maestro seni rupa yang dimiliki Indonesia, lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 5 Juli 1960. Pameran sendiri sudah direncanakan oleh penyelenggara, Heri Pemad Manajemen, sejak satu tahun terakhir.

“Saya senang akhirnya bisa berpameran lagi. Bagi saya pribadi pameran ini membutuhkan persiapan selama 3 tahun. ini adalah upaya saya dalam merespons situasi pandemi,” ujar Hanafi.

Dalam pameran ini, Hanafi memamerkan 119 karya. Mulai dari lukisan instalasi dan seni kontemporer.

Pameran tunggal Hanafi ini juga dinanti oleh para seniman maupun pecinta seni, sebagai ajang temu kangen, nostalgia sekaligus persembahan karya-karya mutakhir Hanafi. Selama 47 tahun yang lalu, Hanafi mulai mengenal seni rupa. “Hanafi adalah sosok penting, seniman yang menginspirasi,” terang Gading Paksi selaku promotor Heri Pemad Manajemen.

Hanafi pernah mendapat predikat Top 10 Philip Morris Art Award 1997, sejak tahun 1992 ia telah melakukan banyak pameran tunggal dan bersama lebih dari 100 kali. Pamerannya kali ini kembali dikuratori oleh Agung Hujatnika. Agung juga pernah mengkuratori pameran tunggal Hanafi sebelumnya, salah satunya Migrasi Kolong Meja (2013).

Menurut Agung pameran ini dipenuhi lukisan-lukisan yang menghindar dari asosiasi langsung. Seketika dengan perspektif objek sehari-hari yang hanya menonjolkan coretan garis-garis lengkung maupun lempeng yang bertumpuk, rumit, kusut, bidang atau blok warna yang saling tubruk dan menumpuk, sapuan kuas spontan dan bentangan kanvas yang luas. “Sudah menjadi tabiat artistik Hanafi untuk merefleksikan sesuatu lalu mengekspresikannya dengan cara yang tidak langsung,” jelas Agung.

Karya-karya Hanafi digarap di kawasan Depok pada tahun-tahun berat masa Pandemi Covid-19. Masker dalam karya-karya Hanafi memiliki filosofi tersendiri. Masker adalah bentuk kesepakatan untuk kehidupan bersama. (cr1/bah)

Lainnya