Warga Giring Gelar Tradisi Babad Dalan

Warga Giring Gelar Tradisi Babad Dalan
SAKRAL: Masyarakat Kalurahan Giring, Paliyan, Gunungkidul menggelar tradisi upacara babad dalan. Diawali dengan kirab dan berhenti di balai kalurahan setempat. (GUNAWAN/RADAR JOGJA)

RADAR PURWOREJO – Masyarakat Kalurahan Giring, Paliyan, Gunungkidul belum lama ini menggelar tradisi upacara babad dalan. Yang secara harfiah, babad dalan memiliki arti membersihkan jalan.

Ketua Kalurahan Mandiri Budaya Giring Sunardi mengatakan, tradisi babad dalan adalah upacara adat yang telah diwariskan secara turun temurun. Upacara ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada Jumat Kliwon. “Babad dalan menjadi pengingat masyarakat Giring,” kata Sunardi belum lama ini.

Kegiatan ini juga tidak terlepas dari keberadaan tokoh sejarah Ki Ageng Giring III. Namun saat ini, babad dalan dilakukan dengan napak tilas masyarakat dalam mencari makam atau petilasan dari Ki Ageng Giring III. “Ki Ageng Giring merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Kerajaan Mataram,” ujarnya.

Dia menjelaskan, prosesi babad dalan berlangsung selama enam hari. Puncaknya pada Jumat (10/3) lalu. Seluruh proses memuat alur kisah perjalanan Ki Ageng Giring III ketika melakukan perjalanan mencari wahyu Kerajaan Mataram.

“Babad dalan dengan kirab diikuti oleh warga enam padukuhan di Kalurahan Giring,” ucapnya.

Mereka membawa gunungan yang terbuat dari hasil bumi. Selain itu, ada tiga pusaka yang dibawa dalam kirab. Ketiga pusaka ini masing-masing bernama Tombak Udan Arum, Songsong Tunggul Naga, dan Songsong Sangga Buana. “Tiga pusaka berada di depan karena merupakan benda paling sakral dan utama. Ketiganya dibawa dari Tapak Dalem, petilasan yang dipercaya jadi kediaman Ki Ageng Giring III,” ungkapnya.

Kirab dilakukan hingga di depan Balai Kalurahan Giring. Setelahnya dilakukan kenduri serta menyebarkan udhik-udhik (sedekah raja) ke seluruh warga. Ada lima aspek budaya yang ditonjolkan dari tradisi ini. “Antara lain dolanan anak, adat tradisi, kerajinan dan kuliner, pengobatan tradisional, serta bahasa, dan sastra,” bebernya.

Sementara itu, Lurah Giring Joko Tri Wibowo mengatakan, upacara babad dalan tidak hanya menjadi kearifan lokal. Namun juga menjadi simbol kerukunan masyarakat. Semua bahu membahu mengikuti upacara babad dalan hingga purna. (gun/eno)

Lainnya