
RADAR PURWOREJO – Setelah dua tahun absen, tahun ini Pemkab Gunungkidul menganggarkan penyaluran hewan kurban. Ada tiga sapi yang siap dibagikan kepada masyarakat pada Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriah.
Bagian Kesejahteraan Masyarakat Setda Kabupaten Gunungkidul Wijang Eka Aswarna mengatakan, pembelian hewan kurban 2023 diambil dari kantong APBD Gunungkidul. Total anggaran yang akan dikucurkan mencapai sekitar Rp 90 juta. Dana tersebut semua untuk membeli hewan kurban jenis sapi, tidak ada yang lain.”Untuk sasarannya (penerima sumbangan kurban dari pemkab) besok kami informasikan kembali,” ujarnya.
Dia mengakui, pada masa pandemi Covid-19 minat warga Kabupaten Gunungkidul melaksanakan ibadah kurban menurun. Lesunya perekonomian diyakini menjadi pemicu. Pun demikian, tahun lalu masih ada kepedulian lembaga luar termasuk Provinsi DIJ. Hewan kurban masuk ke Gunungkidul dan pemkab hanya menerima, sementara tujuan lokasi sudah ditentukan para donatur.
Sementara, pantauan di pasar hewan transaksi jual-beli hewan ternak di Gunungkidul meningkat signifikan.Pengelola Pasar Hewan Siyono Harjo, Playen, Isnaning Suindarti mengatakan peningkatan transaksi naik mencapai 50 persen.
“Pada hari pasaran (Wage) biasa, hewan ternak masuk ke pasar sekitar 200 sampai 300 ekor. Namun menjelang Iduladha, hewan yang masuk bisa mencapai 700 ekor,” kata Isnaning Suindari.Harga hewan ternak jelang hari raya kurban diakui meningkat. Sapi jantan dipatok antara Rp 21 juta sampai Rp 22 juta per ekor. Sebelumnya, harga sapi jantan berada di kisaran Rp 18 juta per ekor.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Gunungkidul, Retno Widyastuti mengaku sedang menyiapkan pedoman penanganan kurban yang akan diedarkan ke masyarakat. Pemantauan kondisi ternak juga diintensifkan.”Stok hewan kurban tahun ini dipastikan sangat mencukupi,” kata Retno Widyastuti.
Pihaknya optimistis, gangguan seperti PMK dan LSD tidak mempengaruhi stok hewan kurban. Terlebih berdasarkan prediksi dari tingkat kebutuhan dinilai masih sangat mencukupi. DPKH Gunungkidul juga semakin mengintensifkan pemantauan terhadap hewan ternak. “Mulai dari kondisi hewan kurban hingga lalu lintas ternak masuk dan keluar Gunungkidul,” jelasnya.
Dikatakan, grafik penyebaran penyakit pada hewan ternak menurun sehingga masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan.Kasus Lumpy Skin Disease (LSD), tercatat 19 kasus sembuh. Jumlah kasus aktif LSD berkurang menjadi 1.553 ekor. Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), tercatat 11 kasus baru dan 2 ekor mati. Kasus aktif hanya 214 ekor
Kepala DPKH Gunungkidul Wibawanti Wulandari memastikan upaya melindungi populasi ternak terus dilakukan oleh petugas. Selain pemantauan rutin, sosialisasi juga gencar dilakukan.”Kami mengharapkan partisipasi masyarakat agar persebaran penyakit pada hewan ternak bisa ditekan,” kata Wibawanti. (gun/din)
