
RADAR PURWOREJO – Pemerintah Kabupaten Bantul berupaya memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam peringatan hari jadi ke-192 Kabupaten Bantul dan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia (RI). Melalui flashmob Tari Montro dengan melibatkan 10.000 siswa tingkat SMA di Pantai Parangkusumo pada Sabtu (26/8).
Tari yang berasal dari Dusun Kauman, Pleret itu telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Kebudayaan RI. Perhelatan tersebut juga digelar untuk mengukuhkan Kabupaten Bantul sebagai kota kreatif dunia. “Karena Bantul beberapa kali telah dinyatakan oleh banyak lembaga pemerintah maupun non-pemerintah sebagai kota kreatif, terutama di bidang craft, kriya, dan folk art,” kata Bupati Bantul Abdul Halim Muslih kepada wartawan kemarin (7/8).
Gelaran ini dikemas dalam tajuk Bantul Creative City Festival 2023. Event ini berbeda dengan kegiatan Bantul Inclusive Carnival (BIC) yang digelar pada Mei lalu. Di mana kegiatan BIC menggelar pawai produk kerajinan dan budaya yang melibatkan asosiasi, mahasiswa, industri kreatif, pemerintah, serta unsur masyarakat lain. Berbagai produk unggulan ekonomi kreatif dan kesenian masyarakat memeriahkan gelaran tersebut. “Kami ingin kembangkan dan mempertegas jika Bantul adalah kota kreatif. Karena kami tidak punya SDA, hanya punya kreativitas, maka kami harus kembangkan kreativitas kami,” tegasnya.
Menurutnya, Bantul sendiri sejak dulu telah dikenal sebagai gudangnya para seniman. Baik dari sisi pendidikan formal seperti adanya lembaga pendidikan seni. Hingga dari sisi nonformal seperti banyaknya galeri dan sanggar seni di masyarakat.
Bahkan, Bantul adalah satu-satunya daerah di Indonesia yang memiliki makam khusus untuk seniman. Maka dari itu, tari kolosal tersebut digelar untuk semakin menegaskan Bantul sebagai pusat kesenian. “Tidak ada daerah yang lebih seni daripada Bantul. Itu pesan kepada dunia dari event ini,” kata Halim.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo menjelaskan, para penari akan mengenakan kaos putih lengan panjang, celana hitam, jarik, peci, serta atribut berupa kipas tangan. Para penari yang merupakan pelajar perempuan ini akan melakukan flashmob selama enam menit. Pantai Parangkusumo dipilih sebagai lokasi karena pantai di kawasan Parangtritis hingga kini menjadi ikon wisata Jogja yang paling banyak dikunjungi. “Selain itu, kami ingin membuktikan bahwa Bantul punya pantai yang luas dan nyaman untuk penampilan atraksi apapun,” ucapnya.
Kwintarto menambahkan, pemecahan rekor MURI ini bukan sebagai ajang gagah-gagahan. Melainkan agar Kabupaten Bantul lebih terkenal di kancah nasional maupun internasional. “Rencananya akan digelar tiap tahun dan temanya bisa berbeda-beda,” harapnya. (tyo/eno)
