
RADAR PURWOREJO, Kebumen – Berbagai ikhtiar telah dilakukan warga Desa Peniron, Kecamatan Pejagoan agar hewan ternaknya sehat. Terhindar dari wabah lumpy skin disease atau LSD. Termasuk menggelar ritual Ruwat Dadung.
Panik. Itulah yang dirasakan warga Desa Peniron. Para warga begitu resah dengan kehadiran virus LSD. Hewan ternak mereka terancam. Mereka tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa pasrah melihat sapi-sapi tergeletak akibat terserang LSD.
Atas kondisi itu, sesepuh desa memutuskan menggelar ruwatan atau doa bersama seluruh warga. Ritual ini sebagai bentuk permohonan kepada tuhan, agar terhindar dari bala penyakit, khususnya penyakit hewan. “Kami perihatin, sapi punya warga banyak yang kena wabah. Diobati sudah, sekarang tinggal pakai ruwatan,” jelas Siswoyo, selaku sesepuh desa, Rabu (24/5).
Ruwatan di lapangan wisata Banyu Langit itu tampak begitu sakral. Menariknya, dalam prosesi itu menghadirkan tali yang biasa digunakan untuk mengikat hewan. Masing-masing pemilik ternak membawa tali atau dadung dari rumah dengan harapan mendapat berkah doa dari sesepuh. “Ikat dadung itu simbol. Yang mengikat sapi setiap hari. Jadi dibawa ke lokasi ruwatan,” sambungnya.
Rangkaian ruwatan dimulai dengan pagelaran wayang kulit. Sesekali, dalang terdengar merapal mantra menggunakan bahasa Jawa. Intinya memohon agar penyakit hewan segera hilang. Tak hanya itu, kesepuhan desa juga turut memanjatkan doa di penghujung acara.
Ruwatan itu juga diwarnai makan tumpeng bersama. Catatan panitia, sedikitnya ada 200 tumpeng yang disajikan. Tumpeng tersebut dibuat dari hasil panen warga setempat. Pokok ruwatan itu dari habis Ashar sampai mau Maghrib. Dengan hiburan wayang dengan dalang khusus. “Bukan sembarang dalang. Tinggal malamnya ada hiburan,” ucapnya.
Bagi warga Desa Peniron, hewan ternak merupakan aset atau simpanan berharga. Bahkan sebagian besar warga disana memiliki hewan ternak berupa sapi. “Bisa dikatakan hampir 90 persen punya ternak. Entah itu sapi atau kambing. Kebanyakan sapi,” kata seorang warga, Sajat.
Meski begitu, kondisi saat ini cukup memperihatinkan. Tidak sedikit sapi yang terkena penyakit LSD hingga mati. “Sapi di sini banyak yang mati. Rerata pedhet (anakan sapi) yang kena. Punya saya kemarin harus di gotong ke mobil. Mau diobatin malah mati di jalan,” ungkapnya.
Dia menaruh harapan, dari ruwatan itu akan membawa solusi atas persoalan yang dihadapi warga. “Kita cuma bisa berusaha dan berdoa. Ruwatan jadi jalan terang biar ternak pulih,” ungkapnya. (fid/pra)
