Suara Kami Tidak Akan Pernah Habis

Suara Kami Tidak Akan Pernah Habis
GERAM: Perwakilan masyarakat seniman saat menggelar aksi teatrikal di area Monumen Perjuangan Tentara Pelajar Purworejo kemarin (14/2). (HENDRI UTOMO/RADAR PURWOREJO)

RADAR PURWOREJO – Sejumlah perwakilan seniman di Kabupaten Purworejo kembali turun ke jalan menggelar aksi teatrikal kemarin (14/2). Mereka meletakkan replika Garuda Pancasila di dekat Monumen Perjuangan Tentara Pelajar (TP) Kabupaten Purworejo.

Peletakan replika Garuda Pancasila di bawah pilar dan patung siswa sekolah dasar (SD) itu menjadi simbol kekecewaan masyarakat atas sikap Pemerintah Kabupaten Purworejo yang tak kunjung menindaklanjuti rekomendasi DPRD Kabupaten Purworejo. Yakni, rekomendasi untuk mengembalikan patung Garuda Pancasila ke posisi yang lebih tinggi seperti semula.

Sebelumnya, patung Garuda Pancasila di monumen tersebut dicopot. Lantas, digantikan patung siswa sekolah dasar (SD).

Para seniman dan sejumlah elemen masyarakat menyatakan menolak penggantian patung oleh Pemkab Purworejo. Namun, sikap mereka tersebut terkesan tidak digubris.

Aksi diawali kirab replika Garuda Pancasila dari Bundaran Patung W.R. Soepratman Pantok, Purworejo. Kirab menyusuri jalan protokol seputar Alun-Alun Purworejo dan berakhir di Monumen Perjuangan Tentara Pelajar. Sebagian seniman mengecat wajahnya.

Mereka berorasi dan menggelar aksi teatrikal untuk menyuarakan aspirasi tepat di depan kantor Bupati Purworejo. Aksi teatrikal berlanjut ke Monumen Perjuangan Tentara Pelajar dengan diiringi doa dan meletakkan replika Garuda Pancasila di bawah pilar patung siswa SD.

Aksi ini menyedot perhatian warga dan pengguna jalan. Meski demikian, aksi ini tidak menimbulkan kerumunan dan kemacetan lalulintas.

Menurut Djee, seniman sebagai bagian masyarakat dan pegiat seni punya hak untuk menyuarakan aspirasi dan mengekspresikan diri. Terlebih, pemerintah seolah menutup telinga dan mata atas atas reaksi berbagai elemen masyarakat terkait penggantian patung Garuda Pancasila dengan patung siswa SD.

“Polemik ini sangat mendasar. Bahkan, sudah sampai ke meja pimpinan dewan yang kemudian merekomendasikan kepada eksekutif agar segera mengembalikan patung Garuda Pancasila, yang telah diganti dengan patung SD kembali ke posisi semula di titik tinggi,” tegasnya.

Djee menjelaskan, aksi ini merupakan aksi teater jalanan sarat dengan absurditas dan simbol. ”Teater sudah menjadi pilihan hidup saya. Sebab siapapun yang ada di dunia itu adalah artis dan aktor apapun profesinya,” tandasnya.

Menurutnya, teater komplet dalam kehidupan. Semua disiplin ilmu ada dalam teater.

Dalam aksi kali ini, Djee memerankan sebagai dirinya sendiri. Wajah dicat warna merah dan putih. Itu melambangkan perjuangan dan perlawanan.

Sementara irtu, gerakan yang ditampilkan laiknya gerakan orang kelelahan. Ini adalah makna dari semangat perjuangan yang tidak pernah akan padam.

“Seni itu rasa. Seni itu dada. Seni itu imajiner. Seni itu tidak hanya diwujudkan dalam bentuk keindahan, tetapi juga mengelola rasa dan emosional. Seni itu sulit untuk ditipu karena tidak hanya logika tetapi juga dengan rasa,” ucap Djee

Senam lainnya, Dimyati, menambahkan, aksi kali ini dilakukan oleh perwakilan masyarakat. Khususnya, pecinta seni sebagai bentuk kekecewaan atas sikap pemerintah terhadap polemik patung SD dalam beberapa bulan terakhir.

Menurutnya, aksi kali ini juga memiliki dasar yang sangat kuat. Yakni, mendudukan rasa nasionalisme diatas kepentingan apapun. Penurunan lambang Garuda Pancasila di pilar Monumen Perjuangan Tentara Pelajar sudah mendapat penolakan secara resmi berbagai elemen. Bahkan, penolakan juga diwujudkan dalam bentuk petisi.

“Suara, bahkan petisi penolakan, sudah disampaikan berbagai pihak. Dari Komunitas Masyarakat Peduli Purworejo, Dewan Kesenian Purworejo, DHC ’45, dan para legiun veteran. Seniman juga tidak boleh tinggal diam,” ujarnya.

Dimyati berharap  Pemkab Purworejo segera menindaklanjuti rekomendasi DPRD untuk menurunkan patung anak SD dan mengembalikan patung Garuda Pancasila ke posisi semula. Melalui aksi kali ini, seniman ingin menegaskan kembali bahwa sikap pemkab menurunkan Garuda Pancasila bertentangan dengan ideologi bangsa.

“Kami juga berharap, pihak-pihak terkait seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) juga bersikap. Petisi juga sudah kami tembuskan secara resmi ke BPIP,” harapnya.

Ditegaskan, proses renovasi Monumen Perjuangan Tentara Pelajar dinilai tidak transparan sejak dimulai 2017 lalu. Tanpa transparansi, pihaknya menglaim sah jika menduga ada tindakan yang bisa diambil penegak hukum untuk melakukan audit atau pengusutan.

“Jika memang tidak ada masalah, coba diaudit dan hasilnya sampaikan kepada publik. Kami, rakyat, memiliki hak untuk mempertanyakan penggunaan anggaran karena pembangunan-pembangunan pemerintah juga menggunakan uang rakyat,” tegasnya. (tom/amd)

Lainnya