
RADAR PURWOREJO – Kabupaten Purworejo memiliki peluang besar untuk menangkap potensi wisatawan dari berbagai penjuru dunia. Hal ini mengingat letak Kabupaten Purworejo sangat dekat dengan Yogyakarta International Airport (YIA/Bandara Internasional Yogyakarta) di Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Jogjakarta.
Demikian penjelasan Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo Agung Wibowo saat ditemui di kantornya kemarin (2/3). Secara posisi, menurutnya, letak Kabupaten Purworejo memang layak menyandang pintu gerbang Jawa Tengah bagian selatan.
“Kita ini menjadi penyangga dari keberadaan Borobudur ataupun Dieng. Namun, memiliki keunggulan moda angkutan masuknya itu dari Purworejo, yakni melalui YIA ataupun Stasiun Besar Kutoarjo,” ungkapnya.
Seperti diketahui, selama ini terdapat dua unggulan wisata di Jawa Tengah. Salah satunya yakni di Jawa Tengah bagian utara dengan pengembangan destinasi wisata Karimunjawa yang mendapat intervensi dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemprov Jateng. Selain itu, ada Jawa Tengah bagian tengah yang diarahkan ke Dieng dan Candi Borobudur.
Selama ini Stasiun Besar Kutoarjo menjadi akses naik dan turun pengguna kereta api yang hendak ke Dieng ataupun Borobudur. Saat belum ada pandemi virus korona (Covid-19), ada banyak wisatawan luar negeri yang naik turun di Stasiun Besar Kutoarjo.
“Stasiun Kutoarjo ini dikenal hingga luar negeri. Bahkan, keterkenalannya jauh melebihi Purworejo,” tambah Agung.
Sebagai penyangga Dieng dan Borobudur, Agus menegaskan, pemerintah pusat sebenarnya jauh-jauh hari sudah melirik potensi Kabupaten Purworejo. Salah satu contohnya adalah keberadan Badan Otorita Borobudur yang berada di Kabupaten Purworejo. Demikian pula dengan Bendungan Bener yang menjadi bendungan tertinggi di Indonesia.
“Ini ada benang merahnya. Karena pemerintah pusat berharap long stay (lama tinggal) wisatawan luar negeri itu nantinya akan terjadi. Kalau sekadar Borobudur saja, itu akan kesulitan,” imbuh Agung.
Dinparbud Kabupaten Purworejo telah menangkap peluang tersebut dengan keberadaan banyak potensi wisata. Tercatat ada 41 desa wisata dan 4 destinasi wisata yang dikelola oleh Pemkab Purworejo.
Diakui Agung, memang tidak gampang untuk bisa meraih semua harapan tersebut. Promosi yang menjadi salah satu kunci penjualan pariwisata belum digarap optimal oleh Pemkab Purworejo. Selama ini promosi masih dinilai sebagai sesuatu yang mahal.
“Promosi itu ada dua tipe, konvensional dan nonkonvensional. Kita mengarah kepada promosi nonkonvensional itu tanpa mengabaikan promosi konvensionalnya,” jelasnya.
Agung menjelaskan, hal yang tidak kalah menarik adalah pemetaan wilayah Kabupaten Purworejo yang dilakukan sejak era pemerintahan Bupati Purworejo Agus Bastian. Wilayah Kabupaten Purworejo dibagi menjadi tiga kawasan.
Kawasan selatan akan diarahkan menjadi kawasan kota satelit. Wilayah tengah untuk herritage (warisan budaya). Kawasan utara dikembangkan menjadi kawasan budaya dan religi.
Dari konsep yang ada itu, Agug memaparkan mau tidak mau Kabupaten Purworejo harus terus berbenah. Label sebagai Kota Pensiun perlahan akan sirna dengan berbagai perubahan yang dilakukan.
“Kawasan utara dengan keberadaan BOB dan Bendungan Bener itu menarik. Namun, desa-desa wisata akan tetap kita perkuat religinya. Jangan berkonotasi sebuah kota pariwisata itu lekat dengan dugem dan karaoke, ya. Karena, kultur budaya itu juga menjadi kekuatan tersendiri,” jelasnya.
Agung menyebut pihaknya sudah melakukan serangkaian studi banding untuk menangkap peluang dengan keberadaan Bendungan Bener ataupun BOB. Kota Malang di Jawa Timur menjadi salah satu contoh di mana kota tersebut memiliki kampung-kampung yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai religi.
“Itu sangat menjual. Kita akan garap itu dan menyiapkan formulasinya sehingga disinkronkan dengan pariwisata itu menjadi daya tarik yang menjual,” imbuhnya.
Agung menegaskan, dalam perjalanan meraih itu semua masih ditemui beberapa kendala. Di antaranya, ketidaksiapan masyarakat menerima perubahan dan kebutuhan anggaran yang besar untuk melakukan penataan berbagai infrastuktur serta sarana prasarana.
“Meski masih ada tantangan. Tapi, kita terus maju untuk bisa merealisasikan sektor pariwisata di Purworejo ini tetap menjual dan ujungnya akan ada wisatawan yang berbondong-bondong untuk mengunjungi berbagai tempat wisata di Kabupaten Purworejo yang amat beragam ini,” jelas Agung. (udi/amd)
Pantai Dewaruci Destinasi Taraf Internasional
Pantai Dewaruci bakal naik kelas. Destinasi wisata yang berada di Desa Jatimalang, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, tersebut akan dijadikan tempat wisata bertaraf internasional.
Langkah ini untuk menjawab tempat wisata berkelas yang berada paling dekat dengan Yogyakarta International Airport (YIA) di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulonprogo, DIJ.
Realisasi peningkatan taraf tersebut belum dilakukan dalam waktu dekat. Namun, setidaknya langkah untuk menggaet wisatawan internasional telah dilakukan.
Perencanaan peningkatan kualitas kawasan Pantai Dewaruci akan dilakukan pada 2021-2022. Realisasinya baru dimulai 2023.
“Ada dua opsi yang dibuka untuk pengembangan atau penyiapan ini. Yakni, dengan menggandeng investor ataupun tetap kita yang melakukan pembangunan tersebut,” kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo Agung Wibowo saat ditemui di kantornya kemarin (2/3).
Disebutkan Agung, langkah ini sekaligus untuk menjawab harapan dari Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Purworejo Dion Agasi. Dia mengharapkan Kabupaten Purworejo mampu menjadi jujugan wisata di Jawa Tengah bagian selatan.
Dion menyebutkan Kabupaten Purworejo memiliki begitu banyak potensi wisata. Hal itu dapat menjadi modal untuk mendatangkan wisatawan dari berbagai wilayah di Indonesia, bahkan mancanegara.
“Dewaruci ini akan terus mengembang. Di sana akan disiapkan sarana olahraga, trek mobil-mobilan, kuliner. Ke depan juga diadakan akuarium raksasa dengan menggunakan bangunan balai benih yang sudah ada serta lapangan pacuan kuda,” jelas Agung.
Lebih jauh Agung menyebut, sektor pariwisata memang akan digenjot habis-habisan selama periode kedua pemerintahan Bupati Purworejo Agus Bastian dan Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti.
Ini masuk dalam misi ketiga mereka. Yakni, berdaya saing di bidang ekonomi. Ada sebelas program prioritas yang harus ditangani.
“Dari sebelas prioritas itu, sepuluh di antaranya berada di sektor pariwisata,” tambah Agung.
Kesepuluh prioritas tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab Dinparbud Kabupaten Purworejo. Dinparbud perlu mendapatkan dukungan dari organisasi perangkat daerah (OPD) yang lain.
Agus menegaskan instansi yang dipimpinnya berkomitmen menindaklanjuti program prioritas itu agar tercapai. ”Kita berusaha agar prioritas ini bisa dipegang,” tambahnya. (udi/amd)
