Pariwisata Harus Tetap Berjalan

Pariwisata Harus Tetap Berjalan
SUKSESKAN: Direktur Destinasi Pariwisata BOB Agustin Peranginangin dalam pembukaan pendampingan dan pelatihan adaptasi kebiasaan baru di Bukit Siboetrong Desa Pandanrejo, Kabupaten Purworejo, Senin (15/3). Pelatihan yang diberikan yakni terkait kebijakan pemerintah daerah tentang pengelolaan daya tarik wisata pada masa adaptasi kebiasaan baru. (JIHAN ARON VAHERA/RADAR PURWOREJO)

RADAR PURWOREJO – Pandemi virus korona (Covid-19) berdampak terhadap dunia pariwisata. Namun, pariwisata harus tetap berjalan untuk membangkitkan perekonomian.

Untuk itu, Badan Otorita Borobudur (BOB) melakukan pendampingan dan pelatihan kepada destinasi wisata terkait adaptasi kebiasaan baru (AKB) di tengah pandemi. “Kegiatan ini bukan yang pertama, 2020 lalu ada pandemi, kemudian Kementerian (Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) berkeyakinan bahwa pariwisata harus tetap mampu berjalan tetapi harus beradaptasi dengan kondisi yang ada,” ujar Direktur Destinasi Pariwisata BOB Agustin Peranginangin kepada Radar Purworejo di Bukit Siboetrong Desa Pandanrejo, Kabupaten Purworejo, Senin (15/3).

Tahun ini BOB akan menggelar pendampingan dan pelatihan adaptasi kebiasaan baru (AKB) di tujuh daya tarik wisata. “Ada di Desa Pandanrejo, Desa Sedayu, dan Desa Benowo di Kabupaten Purworejo. Kemudian, di Magelang ada Desa Ngargoretno dan Desa Ngargosari. Sedang di Kulonprogo ada Desa Gerbosari dan Desa Pagerharjo,” ungkap dia.

Pelatihan yang diberikan yakni terkait kebijakan pemerintah daerah tentang pengelolaan daya tarik wisata pada masa AKB. Termasuk penerapan CHSE yakni cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keselamatan), dan environmental sustainability (kelestarian lingkungan).

”Nantinya akan diakhiri dengan self declare (deklarasi mandiri) sebagai bentuk komitmen dalam pelaksanaan protokol kesehatan di destinasi wisata pada 7 April mendatang,” jelas Agustin.

Disebutkan, aktivitas pelatihan dan pendampingan dilakukan melalui pembekalan materi terkait visitor management (manajemen pengunjung). Meliputi, carrying capacity (daya dukung) dan alur wisatawan, pemetaan zonasi kunjungan wisatawan, traffic management (manajemen lalu lintas), hingga simulasi kunjungan wisatawan oleh pengelola destinasi wisata.

“Masing-masing desa ada dua puluh orang. Mereka akan mendapatkan pembekalan yang diharapkan dapat mereka tangkap akan disesuaikan dengan destinasi wisata masing-masing. Sehingga ketika pariwisata mulai bergeliat, para pelaku wisata sudah siap,” kata dia.

Sebenarnya, ungkap Agustin, hal ini bukan hal yang baru. Sebab, sudah ada di unsur Sapta Pesona. Yakni, aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah, dan kenangan.

“Ketika dulu yang dicari adalah destinasi wisata yang murah, kini sudah beralih ke nyaman dan sehat atau tidak. Untuk itu, yang harus dimajukan adalah SDM (sumber daya manusia), terutama di dalam hal prokes. Baik prokes secara umum maupun prokes di destinasi wisata,” sambungnya.

Pendampingan dan pelatihan adaptasi kebiasaan baru ini dilaksanakan BOB berkolaborasi dengan Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Jawa Tengah, Dinas Pariwisata DIJ, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Magelang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, Dinas Pariwisata Kulonprogo, dan Lembaga Sertifikasi Jana Dharma Indonesia.

Sementara itu, Deputi SDM dan Kelembagaan Kemenparekraf RI Wisnu Bawa secara virtual berharap kegiatan pelatihan dan pendampingan tersebut akan berjalan dengan baik. “Kegiatan ini penting dalam rangka memberikan keyakinan pada wisatawan untuk datang ke destinasi wisata,” ungkapnya.

Wisnu menyebutkan, perlu adanya pengelolaan yang baik di masa AKB ini. Dengan demikian, daya tarik wisata pada wisatawan akan semakin bergeliat dan mau datang ke daerah lain.

“Semoga pelatihan ini dapat bermanfaat dan mampu mengembangkan pariwisata di daerah-daerah,” tandas dia. (han/amd)

Perlu Konsistensi SDM Menjaga Obwis

Komitmen dari sumber daya manusia (SDM) pengelola objek wisata sangat diperlukan dalan penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB). Komitmen tersebut dibutuhkan untuk tetap mempertahakan eksistensi obwis itu sendiri.

“Sebenarnya kesiapan SDM pengelola wisata saat ini, terutama dalam hal kesadaraan prokes, sudah bertambah. Namun, kendalanya hanya konsistensi,”

ujar Direktur Destinasi Pariwisata Badan Otorita Borobudur (BOB) Agustin Peranginangin dalam pembukaan pendampingan dan pelatihan adaptasi kebiasaan baru di Bukit Siboetrong Desa Pandanrejo, Kabupaten Purworejo, Senin (15/3).

Dia menegaskan, tak dapat dipungkiri obwis menjadi sepi pengunjung ketika pandemi. Kondisi ini membuat para pengelola obwis menjadi bosan. Akibatnya, perawatan obwis menjadi berkurang maksimal. Padahal, obwis tetap harus dirawat meskipun tak ada pengunjung.

“Maka diperlukan self declare (deklarasi mandiri) itu sebagai bentuk komitmen bersama para pelaku pariwisata. Baik dalam menjaga obwis hingga komitmen menjaga protokol kesehatan,” ungkapnya.

Secara terpisah, Kabid Pengembangan Kapasitas dan Promosi Pariwsata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Dinparbud) Kabupaten Purworejo Dyah Woro mengatakan, pandemi Covid-19 menjadi momentum berharga bagi dunia pariwisata. Sebab, pademi dapat mengubah pola pikir wisatawan.

“Malah bersyukur, karena mindset (pola pikir) wisatawan jadi berubah dan berbeda. Yang semula memilih obwis yang penting liburan, kini harus ada unsur sehat dan aman di sana,” ujarnya.

Woro menegaskan, saat ini obwis yang akan menjadi sasaran wisatawan adalah obwis yang sehat dan aman. Obwis harus memberikan keyakinan kepada masyarakat terkait hal itu.

“Kami akan berkomitmen untuk menyuguhkan obwis dengan keasrian kami kepada para wisatawan. Meskipun, dengan prinsip prokes yang luar biasa. Tetapi, saya yakin masyarakat mulai menyadari itu. Kita tidak bisa menolak Covid-19, tapi harus mau berdampingan,” jelas Woro.

Menurutnya, diperlukan adanya komitmen untuk mewujudkannya. Terutama komitmen dari sumber daya manusia pengelola wisata.

“Saat ini, siapa yang bertahan dan konsisten, maka itu yang kuat dan akan bertahan,” ungkap Kepala Seksi Pengembangan Daya Tarik Wisata Dinporapar Provinsi Jateng Riyadi Kurniawan.

Dikatakan, Pemprov Jateng memiliki slogan (tagline) Jogo Plesiran. Slogan tersebut terus dikampanyekan terkait penerapan protokol kesehatan (prokes) pencegahan penyebaran Covid-19 di obwis.

“Kami selalu gaungkan ’ Âjâ plesiran nek ora taat aturan’ dan harus ada kerja sama dari semua pihak untuk mewujudkan obwis yang sehat dan bebas dari Covid-19,” sebut Riyadi. (han/amd)

Lainnya