Empat Desa Langganan Tergenang Air

Empat Desa Langganan Tergenang Air
CEPAT TANGGAP: Pemdes Kertojayan mengecek salah satu lahan pertanian yang tergenang air di Desa Munggangsari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, kemarin (17/3). (BUDI AGUNG/RADAR PURWOREJO)

RADAR PURWOREJO – Puluhan hektare lahan pertanian di empat desa di wilayah Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, terendam air saat penghujan. Selama musim hujan rata-rata lahan pertanian tergenang air sekitar tiga bulan.

Empat desa yang selama ini tergenang adalah Desa Kertojayan, Desa Munggangsari, Desa Pasar Anom, dan Desa Ketawangrejo. Kejadian ini sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu.

Lahan pertanian pasti terendam air setiap kali datang musim penghujan. Bahkan, tak sedikit permukiman warga yang tergenang.

Warga sudah biasa dengan wilayahnya yang langganan terendam air. Namun, mereka membutuhkan solusi agar bisa terbebas dari genangan sehingga bisa mengolah lahan pertanian dengan baik dan tinggal di rumah dengan nyaman.
Genangan air tersebut dipicu air hujan. Walaupun posisnya dekat dengan Pantai Selatan Purworejo, selama ini aliran pembuangan air mengarah ke utara. Air dibuang melalui Kali Lereng yang berjarak sekitar tiga kilometer.

Air pembuangan inilah yang selama ini menjadi permasalahan. Sebab, kondisi saluran amat memprihatinkan. Lebar saluran kurang dari 1,5 meter. Saat masuk di permukiman warga, tingkat kemiringannya pun kurang baik.

“Di perkampungan itu posisinya lebih tinggi dan menahan aliran sungai,” kata Kepala Desa Kertojayan Tri Rapi Pangestuti kemarin (17/3).

Dijelaskan Tri Rapi, sejak musim penghujan tahun ini tercatat sudah selama sebulan bulan terakhir areal pertanian dan permukiman warga tergenang air. Kejadian paling parah terjadi beberapa tahun lalu di mana genangan terjadi hingga selama enam bulan.

“Bisa dibayangkan seperti apa warga harus tinggal di permukiman yang mengalami genangan itu,” jelas Tri Rapi.

Menurutnya, warga di empat desa tersebut membutuhkan solusi yang tepat untuk terbebas dari genangan air. Salah satu upaya yang dilakukan warga selama ini adalah membersihkan saluran air yang ada.

“Seperti yang hari ini (kemarin) kami lakukan. Kami membersihkan saluran di wilayah Munggangsari, oleh warga dua desa untuk memperlancar aliran air,” tambahnya.

Pembersihan saluran mutlak dilakukan. Sebab, apabila aliran air tersumbat otomatis akan membuat air di permukiman dan areal pertanian terus tinggi.
Untungnya, kata Tri Rapi, warga di berbagai wilayah memiliki kepedulian tinggi. Mereka mudah digerakkan untuk melakukan pembersihan saluran.

“Untuk pembersihan saluran kali ini, kami juga mendatangkan alat berat miliki BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Purworejo untuk mengeruk saluran yang sudah mengalami sedimentasi. Karena, kalau memanfaatkan tenaga manusia akan terlalu lama,” imbuh Tri Rapi.

Disinggung mengenai dampak yang terjadi, Tri Rapi menyebut, adanya genangan air sangat menggangu aktivitas masyarakat. Di mana, setiap saat warga harus berjibaku dengan genangan air yang tidak segera surut. Selain itu, hasil pertanian menjadi tidak maksimal.

“Kalau untuk tanaman padi memang tidak begitu menjadi masalah. Tapi, untuk tanaman palawija, sama sekali tidak bisa ditanam,” ungkapnya.

Produksi jambu kristal yang dikembangkan masyarakat pun tak maksimal. Pohon jambu kristal yang tumbuh di tempat tergenang air tidak mampu berbuah maksimal.

“Kami membutuhkan solusi untuk hal ini. Dan, dengan beberapa kepala desa yang lain, kami sudah berjuang agar hal ini bisa mendapat tanggapan atau perhatian dari pihak yang terkait,” imbuh Tri Rapi. (udi/amd)

Kuncinya Bangun Saluran Baru

Permasalahan genangan air yang selalu terjadi empat desa di Kecamatan Grabag langsung direspons Pemerintah Kecamatan Grabag. Camat Grabag Amad Jaenudin tidak berdiam diri.

Jaenudin mengaku sudah berusaha menjembatai permasalahan itu. Dia mengkomunikasikan persoalan yang ada dengan beberapa pihak yang bersinggungan dengan saluran air.

“Untuk menjawab permasalahan di Kertojayan, Munggangsari, Pasar Anom, dan Ketawangrejo, perlu dibuat saluran baru sehingga mempersingkat pembuangan air ke laut,” kata Amad Jaenudin kemarin (17/3).

Ada dua alternatif yang bisa dilakukan dengan membuat saluran pembuangan baru. Pertama, memanfaatkan jalur di selatan Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS) atau Jalan Daendels. Kedua, membuat saluran di pinggiran areal milik Perhutani.

“Saluran diarahkan menuju Kaligawe, yang posisinya lebih rendah di Desa Patutrejo. Dan, dari situ, bisa langsung diarahkan ke laut,” jelas Jaenudin.
Dijelaskan, Pemerintah Kecamatan Grabag selalu menjalin komunikasi dengan kepala desa selama musim penghujan. Komunikasi tersebut ditujukan untuk selalu menggiatkan pembersihan saluran dari sedimentasi ataupun sampah yang menyumbat.

“Tingkat resapan di daerah-daerah itu sangat dangkal. Kurang dari delapan meter. Saat sudah turun hujan, resapannya akan cepat terisi dan saluran pembuanganlah yang menjadi satu-satunya jalan untuk mengatasi genangan,” ungkapnya.

Lebih jauh Jaenudin menyampaikan, dalam setiap musyawarah perencanaan pembanguan (musrenbang) sealu dikemukakan kebutuhan saluran drainase. Dia memahami pembangunan saluran drainase bukan menjadi ranah kabupaten. Kewenangannya ada di pemerintah pusat.

“Di sini kami sudah berupaya mengkomunikasikan dengan pusat melalui BBWSO (Balai Besar Wilayah Serayu Opak), tentu dengan sepengetahuan Pemkab (Purworejo),” tambahnya.

Tapi, ungkap Jaenudin, segala upaya yang sudah dilakukan belum membuahkan hasil sampai sekarang. Dia mengaku akan terus memperjuangkan pembangunan saluran sehingga warga benar-benar bisa terbebas dari genangan air, baik permukiman ataupun areal pertanian.

“Dua pedukuhan masing-masing satu di Kertojayan dan satu di Munggangsari, itu pasti menjadi langganan genangan di permukiman saat musim hujan. Tercatat ada empat puluhan kepala keluarga,” kata Amad Jaenudin. (udi/amd)

DPRD Siap Kawal Penuntasan

Laporan adanya gotong royong embersihan saluran untuk mengatasi genangan air di empat desa di Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, langsung mendapat respons dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Purworejo. Empat wakil rakyat langsung mengunjungi lokasi usai menjadi narasumber kegiatan sarasehan sekretaris desa di Gedung Pertemuan Kecamatan Grabag kemarin (17/3).

Keempat anggota DPRD itu berasal dari Komisi I. Yakni, Tursiyati (ketua), Luhur Pambudi Mulyono, Muhammad Fahrudin Sidiq, dan Bintoro. Mereka menyerap langsung aspirasi dari masyarakat yang melakukan kerja bakti. Mereka siap mencarikan jalan keluar sehingga warga bisa terbebas dari genangan air.

Luhur Pambudi menyebut, Pemkab Purworejo harus ikut turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini. Sebab, dia paham jika permasalahan ini memang tidak menjadi tanggung jawab pemkab.

“Tapi, setidaknya pemkab ikut menjembatani sehingga kebutuhan warga untuk adanya saluran pembuangan itu bisa segera direalisasikan,” kata Luhur Pambudi.

Dia menyebut, kondisi ini sebenarnya cukup ironis. Sebab, , posisi desa-desa yang tergenang amat dekat dengan laut. Namun, karena tidak ada saluran pembuangan maka aliran air itu harus memutar terlebih dahulu sebelum terbuang ke laut.

“Kalau tidak segera diatasi ini tentu sangat menggangu karena air itu sudah muncul di permukiman serta areal pertanian warga. Khususnya, jambu kristal yang seharusnya ranum-ranum atau semangka yang besar-besar malah membusuk,” jelas Luhur.

Sementara itu, Tursiyati menyebut, warga sebenarnya sudah memiliki solusi untuk penuntasan genangan yang terjadi di desa-desa tersebut. Hal itu seharusnya bisa segera ditangkap pemkab. Pemkab bisa meneruskannya ke BBWO selaku pemangku tanggung jawab keberadaan saluran sungai.

“Sudetan atau saluran baru itu biaya yang dimunculkan tidak terlalu besar, di kisaran Rp 1,8 miliar, dan tidak banyak lahan yang dibebaskan karena ada lahan milik perhutani yang tentunya bisa dikomunikasikan untuk digunakan,” ungkap Tursiyati.

Sebagai wakil Rakyat, Tursiyati mengaku siap ikut mengawal perjuangan warga untuk memiliki saluran baru. Dia berharap permasalahan genangan air ini segera tuntas. (udi/amd)

Lainnya