Ekspor Gula Merah Turun

Ekspor Gula Merah Turun
SERIUS: Ketua Kopwan Srikandi Sri Susilowati mengawasi gula merah yang dinaikkan ke kontainer untuk dikirim ke Australia dari gudang di Kelurahan Cangkrep Lor, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, kemarin (21/3). (BUDI AGUNG/RADAR PURWOREJO)

RADAR PURWOREJO – Pengiriman brown sugar (gula merah) ke luar negeri yang dilakukan Koperasi Wanita (Kopwan) Srikandi Kabupaten Purworejo mengalami penurunan selama pandemi virus korona (Covid-19. Meski tetap bisa melakukan ekspor, kuantitas gula merah yang dikirimkan ke luar negeri sangat jauh menurun dibandingkan sebelum pandemi.

Hal itu disampaikan Ketua Kopwan Srikandi Sri Susilowati saat mempersiapkan pengiriman satu kontainer gula merah ke Australia dari gudang di Kelurahan Cangkrep Lor, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, kemarin (21/3). “Bulan ini (Maret), kami hanya mengirim satu kontainer. Bisa full sebanyak 26 ton dengan tujuan Australia,” kata Sri Susilowati.

Menurutnya, biaya jasa angkutan laut menggunakan kapal menjadi kendala utama pengiriman. Kapal yang dipakai untuk pengiriman kali ini sudah pesan relatif lama. Yakni, dipesan sejak November 2020 lalu.

Susilowati mengaku harus menunggu antrean kapal agar biayanya tidak terlalu tinggi. “Biaya kapal ini ditanggung oleh buyer. Jadi, kalau memang terlalu tinggi, buyer ya tidak berani dan memilih meminta penghentian pengiriman dahulu,” jelasnya.

Dijelaskan, biaya kapal meningkat amat tinggi selama pandemi. Dia menyebut, kenaikan tidak hanya di kisaran 10 hingga 15 persen dibanding biasanya.

“Naiknya itu bisa 2-3 kali lipat. Ya, memang membuat kesulitan buyer. Kami pun harus sabar menunggu sampai ada kapal yang biayanya terjangkau,” imbuhnya.

Susilowati mengaku tetap bersyukur. Setidaknya, selalu ada pengiriman gula merah meski tidak bisa setiap bulan. Padahal, sebelumnya pengiriman bisa dilakukan hingga dua kali dalam sebulan.

“Beberapa negara sudah kami kirim seperti Belanda, Srilanka, dan terakhir Januari kemarin kami mengirim ke Rusia. Walaupun untuk Rusia memang tidak bisa satu kontainer full. Tapi, hanya mengirim sepuluh ton saja,” tambahnya.

Susilowati menambahkan, sebenarnya permintaan gula merah atau brown sugar dari luar negeri amat tinggi. Namun, ada beberapa kendala sehingga semua permintaan belum bisa dipenuhi.

“Brown sugar ini sudah ada pangsa pasarnya. Jadi, pintar-pintarnya kita menentukan mana yang akan dilayani,” katanya.

Susilowati mengaku tetap membeli gula merah produkdi petani selama pandemi. Sebab, pihaknya tak hanya melayani permintaan dari luar negeri. Pihaknya juga menyuplai kebutuhan dalam negeri.

“Untuk harga masih stabil. Dari petani juga harganya ajeg. Demikian juga harga yang kami berikan kepada buyer,” ungkapnya.

Dia berharap pandemi Covid-19 bisa segera berlalu sehingga permintaan pasar bisa dipenuhi dengan cepat. ”Kami berkomitmen untuk tetap terus menampung gula merah dari petani,” paparnya. (udi/amd)

Lainnya