
Bantul Salah satu hambatan yang ditemui relawan dalam pemulasaraan jenazah dengan protokol Covid-19 adalah minimnya rukti perempuan. Ini membuat relawan harus meminta tolong ke tim rukti rumah sakit terdekat dalam pemandian jenazah.
Pemkab Bantul sendiri bahkan tidak memiliki tenaga rukti perempuan. “Memang kami tidak memiliki tenaganya,” ungkap Sekretaris Daerah (Sekda) Bantul Helmi Jamharis kepada Radar Jogja kemarin (8/7).
Untuk itu, pemkab masih mengandalkan bantuan dari rumah sakit (RS). Jadi ketika ada jenazah Covid-19 perempuan, pemandiannya dilakukan oleh RS. “Selama ini belum ada laporan (ketersediaan rukti perempuan, Red),” sebutnya.
Kendati begitu dipastikan tiap kalurahan di Bumi Projotamansari memiliki tim pemulasaraan. Terkait hambatan yang ditemui, Helmi menyarankan pemerintah kalurahan (pemkal) untuk meminta bantuan Satpol PP. “Semua kalurahan sudah memiliki tim pemulasaraan. Jika mengalami kesulitan, akan dibantu Satpol PP,” ujarnya.
Terpisah, Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kalurahan Bantul Kuswandi membenarkan timnya kesulitan dalam pemulasaraan jenazah Covid-19 perempuan. Sebab, kalurahannya belum memiliki rukti perempuan.
“Kebutuhan rukti perempuan sangat urgent. Ini salah satu kendala kami. Mungkin bukan hanya Kalurahan Bantul, 74 kalurahan lain juga sangat kesulitan rukti perempuan,” bebernya.
Satgas harus menghubungi RS terdekat untuk meminta bantuan rukti perempuan dalam pemulasaraan jenazah. Untuk itu, satgas mulai melakukan perekrutan personel perempuan untuk membantu pemandian jenazah. “Hari ini (kemarin, Red) kami sudah merekrut tiga personel perempuan yang siap,” jelasnya.
Ketiga personel yang direkrut dirasa layak. Sebab, terdiri atas satu orang lulusan perawat berusia 22 tahun. Sementara dua orang lainnya berusia 47 tahun dan sudah terbiasa membantu pemandian jenazah di kampungnya. “Minggu depan kami beri pelatihan khusus, kerja sama dari tim rukti PKU Muhammadiyah dan BPBD Bantul,” paparnya.
Dijelaskan, jumlah pasien Covid-19 perempuan yang meninggal saat isoman (isolasi mandiri) sedikit. Kalurahan Bantul menemui dua pasien perempuan yang meninggal saat isoman.
“Jumlah pasien perempuan lebih sedikit daripada laki-laki. Kami membantu pemulasaraannya pada Rabu (7/7). Sama hari ini (kemarin, Red) ada satu,” ungkapnya.
Sementara Panewu Banguntapan Fauzan Mu’arifin mengungkapkan, di wilayahnya hanya ada satu rukti Covid-19 perempuan. Relawan ini berdomisili di Kalurahan Potorono. “Rukti perempuan belum ada. Baru satu itu di Banguntapan. Namanya Mbak Minul di Potorono,” ucapnya.
Untuk itu, mantan Camat Sedayu ini menggencarkan rekrutmen relawan. Mulai dari tingkat kalurahan sampai tingkat RT. Agar jumlah personel dapat bertambah. “Relawan-relawan komplet terkait pemulasaraan, mulai pemandian, pemakaman, dan antarjemput. Ini sudah kami lakukan sejak dua minggu lalu,” ujarnya. (laz/er)
