Dirikan Rumah Juang, Libatkan Dokter, dan Elemen Masyarakat

Dirikan Rumah Juang, Libatkan Dokter, dan Elemen Masyarakat
TANGANI COVID-19: Warga Padukuhan Ngentak, Caturtunggal, Depok, menangani Covid-19 level keluarga dengan mendirikan Rumah Juang, kemarin (18/7). (MEITIKA CANDRA LANTIVA/RADAR JOGJA )

RADAR JOGJA – Warga Padukuhan Ngentak, Caturtunggal, Depok, Sleman, terus berjuang menangani pandemi Covid-19. Mereka kompak mendirikan selter isolasi yang diberi nama Rumah Juang untuk mengatasi kasus positif di level keluarga. Mereka juga menciptakan koneksi khusus untuk memudahkan layanan warga yang sedang isolasi mandiri (isoman). Seperti apa upayanya?

Angka kasus Covid-19 di wilayah ini per kemarin (18/7) masih tinggi. Mencapai 53 orang, dengan kasus anak-anak 10 orang. Virus korona yang semakin ganas ini menyebabkan pasien rumah sakit (RS) penuh. Begitu juga selter kalurahan dan pemerintah. Tidak mungkin jika hanya mengandalkan uluran tangan pemerintah tanpa masyarakat bergerak.

“Inilah yang menjadi alasan mengapa selter Rumah Juang ini didirikan. Selain untuk penekan kasus persebaran, juga untuk mengatasi RS penuh,” ungkap Ketua RW 01 Sugianto saat di lokasi kemarin (18/7).

Nah, selter itu memiliki enam ruangan yang dapat digunakan untuk isolasi. Lengkap ada tempat masaknnya, toilet, televisi. Juga ada fasilitas kesehatan berupa tabung oksigen, obat-obatan, dan alat pengukur saturasi.

Dari enam ruangan sudah terisi tiga. Mereka satu keluarga. Salah satunya lansia berusia 85 tahun. Ya, saat itu mereka tampak santai di teras. Sembari bercakap-cakap. Kadang mereka berdialog juga dengan warga lainn yang melintas di jalan kampung depan selter itu.

Rumah Juang ini memanfaatkan bangunan TK Putra Harapan. Belum ada sekolah tatap muka sejak awal pandemi, sehingga bangunan ini dimanfaatkan sementara. Sampai pemerintah mengumumkan situasi Covid-19 mereda. Atau saat tatap muka di sekolah mulai aktif kembali.

Selter dikelola masyarakat setempat. Dengan alokasi dana yang berhasil dihimpun sebanyak Rp 12,4 juta. Bantuan Badan Akmil Zakat dan Sodaqoh (Basis) Rp 5 juta dan sisanya bantuan dari Masjid Margotunggal. Selain materil, dukungan spiritual juga dilakukan.

Dukuh Ngentak Rubimin mengatakan, selain mendirikan selter, pihaknya juga menggandeng pemuda kalurahan untuk membantu menjadi tenaga support. Selain melakukan pendataan yang terkoneksi melalui layanan WhatsApp group (WAG). Juga membantu mencarikan oksigen. “Jadi kalau warga butuh oksigen, sudah tersedia,” katanya.

Selter didirikan melibatkan dokter sekitar, warga Ngentak. Dokter Nurkholis yang aktif di Lembaga Sinergi Sehat Indonesia ini mengatakan, penanganan lebih cepat dilakukan di level kaluarga. Hal ini untuk menekan kasus fatalitas yang menyebabkan kematian akibat paparan Covid-19 yang semakin ganas. Pasien yang terus meledak di RS, mimimnya tenaga kesehatan (nakes) menyebabkan RS overload.

“Jika saturasi oksigen pasien turun dan tidak segera ditangani, maka yang terjadi angka kematian meningkat. Ini harus kita cegah dengan penanganan lebih awal,” kata Nurkholis.

Melihat situasi saat ini, penanganan kasus positif level keluarga harus cepat ditangani. Manajemen penanganan harus bergerak. Warga positif, warga negatif dan lingkungan sekitar juga turut bergerak. Jika terjadi kasus positif level keluarga, warga positif segera menyesuaikan diri.

Jika memungkinkan isoman di rumah, masyarakat lainnya harus bergerak menyiapkan kebutuhan makan. “Kita data apakah membutuhkan makanan langsung atau bahan masak. Lalu juga kita data saturasinya,” ujar dia.

Dokter Beta Gizela yang juga diterjunkan untuk penanganan di Rumah Juang menambahkan, setiap warga diberikan edukasi mengukur saturasi dua kali dalam sehari. Jika ditemukan warga saturasi oksigennya turun di bawah 95, maka segera dianjurkan ke selter guna mendapatkan oksigen. Dan apabila terjadi hal itu, warga diminta segera melapor untuk melakukan penanganan khusus. Dia berharap, cara ini dapat ditempuh oleh padukuhan lainnya dalam penanganan Covid-19 di level keluarga. (mel/laz)

Lainnya