
Radar Purworejo “Kulo niki canggahe Mbah Imam Puro. Masih keluarga. Sudah 10 tahun menjadi juru kunci,” kata Thoifur selaku juru kunci Makam Kyai Imam Puro saat ditemui Radar Purworejo, Minggu (6/12).
Makam Kiai Imam Puro terletak di lereng Bukit Geger Menjangan Desa Candi Baledono Purworejo, Jawa Tengah. Makam ini kerap dikunjungi para peziarah. Tak hanya dari Purworejo, namun juga dari luar kota seperti Jakarta, Bandung, Cilacap, Jepara, dan sebagainya. Mereka datang bisa sampai berbus-bus.
Ketika Bulan Ruwah atau malam pergantian tahun, banyak orang yang bermunajad di sana. Pun saat masa-masa pemilihan kepala daerah seperti saat ini. Biasanya para pasangan calon (paslon) juga datang untuk berziarah.
Thoifur, juru kunci makam setiap hari datang ke makam ini. Dia yang mengatur dan mempersilakan para tamu. Pun juga membersihkan makam. Setiap Jumat, dia juga terkadang tidak pulang ke rumah. Dan, harus menginap di ruangan atau kamar khusus miliknya di sekitar pemakaman.
Dia mengatakan, saat pandemi ini kunjungan di makam sepi. “Selama pandemi, ini tidak pernah tutup. Tapi, bagi para peziarah yang datang monggo, dengan mematuhi protocol kesehatan,” kata pria umur 75 tahun itu.
Dikatakan, saat awal-awal pandemi para peziarah jarang. Tetapi, saat ini para peziarah sedikit demi sedikit berdatangan. Bahkan, dari luar kota pun juga sudah ada yang berziarah ke sana.
Di sekitar makam, terdapat sumur tiban yang tidak pernah kering meskipun saat musim kemarau. Yang dipercaya merupakan peninggalan Kiai Imam Puro. Para peziarah terkadang juga ada yang membawa pulang air sumur itu.
Untuk menuju ke pemakaman kini sudah dipermudah. Ada dua akses jalan yang memadai. Pertama, bisa melalui jalan setapak halus dan jalan dengan anak tangga.
Thoifur mengatakan, Kiai Imam Puro merupakan sosok penyebar agama Islam yang tersohor. Bukan hanya di Purworejo, melainkan di Provinsi Jawa Tengah.
Thoifur menjelaskan, Kiai Imam Puro wafat pada 1880, sekitar 140 tahun yang lalu. Yang kemudian dimakamkan di Bukit Geger Menjangan tersebut. “Mbah Imam Puro bukan yang pertama dimakamkan di sini. Tetapi sebelumnya juga sudah ada,” ungkapnya.
Imam Puro hidup zaman perang Diponegoro dengan nama asli Khasan Benawi. Putra dari Joko Umbaran yang merupakan kerabat dekat Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam.
Setelah dia selesai belajar agama, dia kemudian hijrah ke Purworejo dan menyebarkan Islam di sana. Pun, mendirikan pondok pesantren di Sidomulyo, Ngemplak, Purworejo yang sekarang bernama Al-Islah.(din)
JIHAN ARON VAHERA, Purworejo, Radar Purworejo
